Senin, 2 Desember 2024

Industri Kayu Hadapi Banyak Tantangan, ISWA Ajak Kolaborasi Multipihak

Latest

- Advertisement -spot_img

Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia (ISWA) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) VII yang digelar di Hotel Santika Premier, Jakarta Barat, Rabu 26 Oktober 2023.

Munas VII dihadiri para fungsionaris pengurus baik tingkat pusat maupun daerah, dan para anggota ISWA.

Tahun ini, Munas VII ISWA dilaksanakan secara hybrid, yaitu luring terbatas (offline) dan daring (online) melalui aplikasi zoom.

Dalam sambutannya, Ketua Presidium ISWA, Wiradadi Soeprayogo mengungkapkan bahwa saat ini telah terjadi perubahan yang begitu cepat dari berbagai aspek dan dimensi.

Menurutnya, hal ini pasti berdampak kepada ISWA sebagai suatu organisasi bisnis yang bertumpu pada hasil industri kayu gergajian dan kayu olahan.

“Kita semua mengetahui sejak beberapa tahun ini keadaan perekonomian dunia semakin tinggi ketidakpastiannya. Hal ini pasti berdampak negatif terhadap usaha anggota-anggota ISWA yang sebagian besar produk industrinya berorientasi ekspor. Upaya secara individual untuk mengatasinya pastilah berat,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Wiradadi, harus dihadapi secara kolektif oleh ISWA sebagai suatu organisasi dengan mindset baru, dalam pengertian benar, baik, dan tepat.

Dirinya menjelaskan, pasar produk industri pengolahan kayu di dalam negeri juga cukup berat, karena harus bersaing dengan produk-produk substitusi seperti logam, plastik, keramik dan lain-lain.

Rantai pasok bahan baku kayu bulat (log) dari hulu (hutan negara dan hutan hak atau hutan tanaman rakyat) sampai dengan hilir atau industri pengolahannya juga menghadapi persoalan yang tidak ringan, antara lain dengan semakin meningkatnya biaya logistik atau transportasi, biaya transaksi, dan biaya informasi.

Isu tentang lingkungan hidup seperti perubahan iklim, efek gas rumah kaca, dan lain-lain semakin terasa dampaknya, maka green economy, green industry, perdagangan karbon, program hilirisasi, dan lain -lain merupakan suatu keniscayaan.

Dan itu semua memerlukan tambahan biaya investasi. Kondisi itu menyiratkan bahwa kebutuhan bahan baku kayu bulat (log) tidak sekedar memenuhi kuantitasnya saja, tetapi terlebih penting adalah mengedepankan kualitasnya. Begitu pula di industrinya harus diupayakan untuk menghasilkan berbagai produk yang nir limbah (zero waste)

Untuk itu, maka sentuhan (treatment) teknologi menjadi suatu keniscayaan, baik di hulu maupun di hilir.

“Tantangan eksternal dan internal tersebut tidak mungkin dapat diatasi oleh ISWA sendiri. Kolaborasi inklusif dengan para pihak yang berkaitan menjadi suatu keniscayaan, yaitu antara Pemerintah, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi, dan Industri,” papar Wiradadi.

Dalam MUNAS VII ISWA Tahun 2023, dengan semangat persaudaraan dan kekeluargaan yang nyata, akan dibahas tantangan dan peluang serta pilihan solusinya, paling tidak dalam kurun waktu lima tahun kedepan.

Selain itu juga untuk memantapkan konsolidasi keberadaan atau jatidiri dan peran ISWA di kancah internasional dan nasional, dalam situasi dan kondisi perubahan yang begitu cepat dan sulit diprediksi.

Serta, membahas, merumuskan dan menetapkan kelembagaan ISWA, baik yang menyangkut organisasi, SDM, maupun pranata atau aturan, agar mampu menghadapi tantangan 5 tahun ke depan. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles