Jumat, 26 Juli 2024

Norwegia Berniat Bangun Kerja Sama Baru REDD Plus dengan Indonesia, Begini Kata Menteri LHK

Latest

- Advertisement -spot_img

Kerajaan Norwegia berniat membangun kerja sama baru bidang perubahan iklim dan REDD+ dengan Indonesia.

Hal ini diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat bersama Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Espen Barth Eide mengunjungi
salah satu lokasi prioritas rehabilitasi mangrove di Teluk Balikpapan, MInggu, 11 September 2022.

Kedua menteri tersebut mengunjungi dan melakukan penanaman mangrove di Desa Sotek, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser utara, Kalimantan Timur.

Turut hadir pada kesempatan itu Wakil Menteri LHK, Alue Dohong dan Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono.

Menteri Siti menerangkan bahwa kedatangan Menteri Espen Barth Eide dan kegiatan penanaman hari ini adalah bentuk niat untuk kerja sama baru Norwegia dan Indonesia dalam bidang iklim dan lingkungan khususnya REDD+.

“Hari ini kita ada di salah satu spot kerja BRGM, untuk rehabilitasi mangrove yang juga bagian dari upaya kita untuk mengatasi degradasi lahan. Selama di Balikpapan, kita akan berdiskusi tentang rehabilitasi mangrove dan juga tentu tentang Indonesia FOLU Net Sink 2030,” ungkap Menteri Siti.

Menteri Espen Barth Eide usai melakukan penanaman mangrove mengungkapkan bahwa pihaknya senang dapat hadir di Desa Sotek, sebagai simbol untuk kerja sama kuat dan solid Indonesia dengan Norwegia.

“Kami bangga dan sangat menyukai kerja nyata Pemerintah Indonesia, Presiden Joko Widodo dan Menteri Siti yang fokus dalam agenda penyelamatan lingkungan,” terang Menteri Espen Barth Eide.

Menteri Espen Barth Eide juga menyampaikan bahwa ekosistem mangrove, serta kawasan hutan pada umumnya memiliki peran yang sangat penting bagi seluruh dunia, sebagai pengendali dampak perubahan iklim dengan menyerap emisi.

Desa Sotek termasuk salah satu wilayah kerja BRGM dalam melakukan percepatan rehabilitasi mangrove. Desa ini berlokasi di Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU.

Tahun lalu, luas wilayah yang direhabilitasi mencapai 65 Hektar (ha). Ekosistem hutan mangrove di Desa Sotek merupakan Areal Penggunaan Lain (APL) sehingga rentan mengalami perubahan pemanfaatan.

Sebelumnya, Mangrove di Desa Sotek mengalami kerusakan akibat aktivitas penebangan ilegal serta konversi hutan mangrove menjadi tambak.

Masyarakat sekitar juga kerap memanfaatkan mangrove dengan mengolah menjadi arang agar mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi. Tahun ini, target rehabilitasi mangrove di Desa Sotek direncanakan seluas 20 Ha.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan mangrove terbesar di dunia. Berdasarkan peta Mangrove Nasional pada tahun 2021, kawasan mangrove di Indonesia mencapai luasan sebesar 3.364.080 juta Ha.

Luasan tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu mangrove lebat seluas 3.121.240 Ha atau 92,78% dari total luasan, kemudian mangrove sedang seluas 188.366 (5,60%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (1,62%).

Selain kawasan mangrove yang telah existing tersebut, pemerintah juga telah menghitung potensi area mangrove sebesar 756.183 Ha yang terdiri dari area terabrasi 4.129 Ha (0,55%), lahan terbuka 55.889 Ha (7,39%), mangrove terabrasi 8.200 Ha (1,08%), tambak 631.802 Ha (83,55%) dan tanah timbul 56.162 Ha (7,43%).

Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono menyatakan bahwa kedatangan Menteri Iklim dan Lingkungan dari Kerajaan Norwegia menjadi bukti dukungan dari dunia Internasional bagi Indonesia untuk merehabilitasi mangrove.

“Rehabilitasi berperan besar dalam memulihkan kawasan ekosistem mangrove yang mengalami kerusakan, sehingga akan dapat menyerap dan menyimpan karbon. Oleh karena itu, ekosistem mangrove memegang peranan kunci dalam pemenuhan target NDC Indonesia,” ungkap Hartono. ***

More Articles