Senin, 17 November 2025

Stakeholder Perspectives on Extended Producer Responsibility (EPR) and E-Waste Management: A Case Study of China

Latest

- Advertisement -spot_img

Limbah elektronik (E-waste) adalah salah satu permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi dunia. Global E-waste Monitor mencatat sebanyak 62 juta ton limbah elektronik diproduksi pada tahun 2022.

Indonesia adalah penghasil limbah elektronik terbesar di Asia Tenggara yang menghasilkan 1,9 juta ton E-waste per tahun pada tahun 2022.

Journal of Environmental Science and Sustainable Development (JESSD) menyelenggarakan Research Sharing Session #1 pada Jumat, 26 September 2025 secara daring melalui Zoom.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendiseminasikan hasil penelitian yang diterbitkan di Journal of Environmental Science and Sustainable Development (JESSD) sekaligus membuka ruang diskusi terkait penerapan Extended Producer Responsibility (EPR) dalam pengelolaan limbah elektronik.

Penelitian yang dipresentasikan berjudul “Stakeholder Perspectives on Extended Producer Responsibility (EPR) and E-Waste Management: A Case Study of China” oleh Viola Dheena Pongajow dari School of Metallurgy and Environment, Central South University, China. Acara ini dimoderatori oleh Luh De Dwi Jayanthi dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.

Viola Dheena menyoroti pengalaman China dalam mengembangkan kebijakan EPR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun infrastruktur dan regulasi telah berkembang pesat, masih terdapat ketimpangan dalam distribusi tanggung jawab: produsen sering kurang terlibat dalam pengelolaan pasca-konsumsi, sementara beban operasional banyak ditanggung oleh sektor daur ulang. Selain itu, sektor informal yang juga berkontribusi juga berperan namun belum sepenuhnya diatur.

Penelitian ini juga merekomendasikan strategi penguatan EPR melalui insentif untuk kemitraan, penggunaan metrik berbasis daur hidup (LCA) untuk mengintegrasikan daur ulang dengan pasar karbon, serta pengembangan jalur transisi bagi sektor informal menuju sistem formal melalui lisensi sederhana dan jaringan pengumpulan yang terpantau.

Asosiasi industri juga dipandang penting untuk menjadi perantara kebijakan melalui peningkatan koordinasi dan standardisasi. Namun, penerapannya di Indonesia harus disesuaikan dengan hukum dan kebijakan di Indonesia.

Melalui kegiatan ini Journal of Environmental Science and Sustainable Development (JESSD) menunjukkan komitmennya sebagai wadah diseminasi pengetahuan dan diskusi ilmiah internasional.

Harapannya, pembelajaran dari studi kasus China dapat memperkuat upaya Indonesia dalam merumuskan kebijakan EPR untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
***

- Advertisement -spot_img

More Articles