Co firing di pembangkit listrik tenaga uap dengan memanfatkan biomassa menjadi salah satu rekomendasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk transisi energi menuju Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
BRIN juga merekomendasikan de-diselisasi atau menggantikan pembangkit listrik tenaga disel yang boros bahan bakar fosil dengan pembangkit EBT seperti yang memanfaatkan biomassa.
Peneliti Ahli Utama, Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN, Eniya Listiani Dewi, mengatakan, dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, BRIN telah memberikan 8 rekomendasi kebijakan pemerintah untuk mencapai Net Zero Emmision (NZE).
Rekomendasi pertama adalah menggenjot program bahan bakar nabati B30, B50, B100, D100, dsb.
Kedua, cofiring untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga uap yang ada. “Biasanya berbasis biomassa,” kata Eniya dikutip forestinsights.id dari laman resmi BRIN, Senin 21 Februari 2022.
Ketiga, implementasi dari pengelolaan limbah menjadi bahan bakar (Refuse Derived Fuel/ RDF). Keempat, program de-dieselisasi atau menggantikan pembangkit diesel dengan EBT, seperti panas bumi, biogas, dan biomassa.
“Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) teknologi panas bumi kita bahkan sudah mencapai 65 persen. Namun, untuk ranah hilirisasi inovasi perlu dibantu dengan kebijakan maupun dorongan investasi dan industri,” tambah Eniya.
Kelima, pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/CCS) untuk utilisasi dan industri. Keenam, pemanfaatan hidrogen biru dan hijau untuk utilisasi dan industri petrokimia.
Menurut Eniya, industri petrokimia harus mulai melihat potensi hidrogen biru dan hijau, dan potensi amonia menjadi energi baru.
Ketujuh, pengembangan kendaraan listrik berbasis baterai dan sel bahan bakar. Terakhir adalah transmisi interkoneksi, dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya atap (pv roof top), pembangkit listrik tenaga surya terapung (floating PV), jaringan pintar (smart grid), dan Electro-Mobility (e-Mobility).
Transisi energi berkelanjutan menjadi salah satu topik isu pada kegiatan Science (S20), sebagai rangkaian dari perhelatan Presidensi G20.
Terkait isu energi, Indonesia telah mematok NZE dapat tercapai pada tahun 2060.
Faktanya, saat ini, bauran EBT baru mencapai 12,7 persen. Sehingga, perlu usaha maksimal untuk mengejar target EBT sebesar 23 persen di tahun 2030.***