Jumat, 26 Juli 2024

UGM Kembangkan Pewarna Alami Tekstil dari Serbuk Limbah Kayu Gergajian Merbau

Latest

- Advertisement -spot_img

Tim peneliti UGM yang tergabung dalam kelompok riset Indonesia Natural Dye Institute Universitas Gadjah Mada (INDI-UGM) mengembangkan teknologi produk serbuk pewarna alami dari limbah kayu gergajian merbau.

INDI-UGM bekerja sama dengan CV Karui Jayapura dan membangun miniplant di Jayapura Papua.

“Kita memiliki kekayaan sumber daya pewarna alami secara turun temurun,” kata peneliti pewarna alami UGM, Prof. Edia Rahayuningsih, peresmian mini plant pewarna alami di ruang multimedia, Gedung Pusat UGM, Selasa 22 Februari 2022.

“Limbah dari hasil hutan ini sangat potensial digunakan sebagai sumber bahan baku industri pewarna alami,” tambah dia seperti dikutip forestinsights.id dari laman resmi UGM.

Edia mengungkapkan menyebutkan produk samping dan limbah dari hasil hutan di Papua bisa mencapai 20-40% dari total massa pohon.

Sayangnya selama ini limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal dan biasanya dibuang begitu saja atau dibakar sehingga menjadi masalah lingkungan.

Melalui pendanaan dari Kemendikbud pihaknya telah mengirim alat untuk miniplant ke Papua.

Untuk pendanaan bersumber dari Program Dana Padanan atau Matching Fund ahun 2021 Batch 9 Kedaireka DIKTI yang dilaksanakan dengan pengawalan Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM dan dana dari mitra.

Edia menyatakan pihaknya telah memproduksi alat untuk pengolahan serbuk alami tersebut yang dikelola oleh CV Karui Jayapura.

“Serbuk pewarna alami ini bisa mencapai 1,4 kuintal per hari karena bahan baku melimpah,” katanya.

Edia berharap adanya miniplant produk serbuk pewarna alami pewarna alami ini diharapkan bisa dikembangkan ke tahap komersialisasi dari dukungan pemerintah, industri dan komunitas agar bisa digunakan oleh para pengrajin batik, industri tekstil dan mendukung program SDGs.

Selain dari bahan baku Merbau di Papua, menurut Edia, pewarna alami juga bisa dibuat dari bahan baku yang berasal dari tanaman indigofera, limbah kakao, limbah sawit, dan limbah kulit kayu mangrove.***

More Articles