Laboratorium Calbiochem di Jerman, yang bergerak dalam riset obat-obat baru, memprakirakan bahwa dalam 20 tahun ke depan akan ditemukan banyak obat-obatan baru hasil senyawa bioaktif karang lunak dari perairan Segitiga Terumbu Karang. “The Coral Triangle”, mencakup perairan wilayah Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua New Guinea, Timor Leste dan Kepulauan Solomons.
Pada Konferensi Internasional Terumbu Karang, “The International Conference for Sustainable Coral Reefs”, di Manado, Sulawesi Utara, 13-15 Desember 2024, prakiraan tadi, nampaknya, mulai terwujud.
Paparan para ahli dari Hokaiddo Unviversity, Jepang, memperlihatkan kegiatan riset mereka dalam sintesis bioaktif terumbu karang lunak menuju pada penemuan obat-obatan baru untuk penyembuhan penyakit pernafasan, penyakit kandungan, penyakit kulit, penyakit syaraf dan penyakit usus.
Sedang para ahli Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dipimpin Professor Ocky Radjasa, memperlihatkan hasil temuan komponen symbionts pada karang lunak yang memiliki unsur Ectoine dan Squalene menuju produk produk farmasi berkualitas.
Symbionts adalah unsur unsur senyawa bioaktif yang tumbuh bersama karang lunak. Ini berpotensi untuk menghasilkan obat obatan baru dari laut.
Ocky menjelaskan bahwa BRIN telah melaksanakan eksplorasi genom karang di perairan Sumatera Utara dan Sumatera Barat, di Perairan Karimunjawa dan di perairan Selat Makassar dan Selat Lombok. Dari beragam sampel yang diperoleh, kemudian diambil sampel karang lunak dari perairan Karimunjawa, bernama Sinularia sp yang memiliki symbiont Virgibacillus salarius 19PPSc1.6. Dari padanya ditemukan unsur Ectoine dan Squalene.
Para ahli BRIN kemudian melanjutkan penelitian mereka karena Ectoine sangat berpotensi untuk pembuatan kosmetik dan krim pelapis kulit. Ectoine juga berpotensi menjadi obat tetes mata dan vitamin suplemen jaringan pernafasan.
Pada industri makanan, Ectoine juga berfungsi sebagai additif dan pengawet makanan. Untuk penerapan bioteknologi, Ectoine berperan sebagai wahana stabilisator pada protein dan enzim.
Sedang di bidang pertanian, Ectoine berperan sebagai biostimulan, membuat tanaman tetap bisa bertahan hidup dalam kondisi kemarau panjang, bisa tumbuh di tanah berkadar garam tinggi, juga dapat bertahan hidup pada cuaca temperatur tinggi.
Squalene juga dapat dipakai untuk memproduksi bahan kosmetik dan bahan suplemen untuk kulit. Squalene bisa berfungsi sebagai anti-oksidan dan dapat meningkatkan sistem imun manusia.
Ocky juga menerangkan bahwa Tim Industri Farmasi BRIN terdiri dari 5 Professor dan 9 Doktor, ditambah mitra mitra dari UMB-Jakarta, STIFAR-Semarang, CNRS-Perancis dan dari University of Maryland USA.
“Instrumen Laboratorium di BRIN sudah cukup memadai untuk kegiatan riset ini dan kami berharap dalam 2-3 tahun kedepan, purwa rupa obat dan vitamin dari senyawa bioaktif karang lunak yang berada di perairan Indonesia sudah dapat terwujud,” kata Ocky Radjasa. ****