Rabu, 4 Desember 2024

Menuju Industri Sel Surya dan Semi-Konduktor di Indonesia

Latest

- Advertisement -spot_img

Industri semi-konduktor dan industri sel surya di Indonesia, nampaknya mulai terwujud pada pertengahan dekade 2020-an ini dengan munculnya pabrik-pabrik industri panel surya baru di tanah air. Industri tersebut siap masuk menjadi salah satu negara penyedia rantai pasok modul sel surya dunia. 

Itulah kesimpulan Diskusi Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu, 30 Oktober 2024. 

Berbicara dalam diskusi yang mengambil topik “Internasional Collaboration on Semi-Conductor for Solar Cell and Technologies for Solar Energi” adalah Professor Michael Goutama, Co-CEO Indonesia Solar Energy Research Center (ISEREC). 

Bertindak sebagai moderator pada diskusi tersebut adalah Dr Unggul Priyanto, Ketua Komite Energi CTIS yang juga mantan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Professor Goutama memulai penjelasannya dengan menegaskan bahwa perkembangan energi hijau di Dunia dan di wilayah Asia Tenggara tumbuh pesat.  Ditambah lagi, pada tahun 2022 lalu Singapura menyatakan ingin mengimpor listrik yang berasal dari energi baru & terbarukan (EBT), yang diproduksi di wilayah Kepulauan Riau.   

Naskah kesepahaman telah ditanda tangani pada Maret 2023 lalu, disaksikan para Menteri dari Indonesia dan Singapura.  Pada tahap awal, ditargetkan bahwa Indonesia akan memasok 1 Giga Watt listrik hasil energi surya ke Singapura. 

“Ini merupakan kesempatan emas bagi Indonesia untuk mengembangkan industri listrik tenaga surya secara “Hulu – Hilir”, atau “End to End”, sehingga bisa memposisikan diri sebagai salah satu negara pemilik rantai pasok Dunia di bidang energi surya,” katanya. 

Investasi pembuatan modul panel energi surya di tanah air langsung bergairah.  Produksi modul  panel surya yang saat ini baru mencapai 550 Mega Watt/Tahun, segera akan mendapat tambahan produk sekitar 11.000 Mega Watt lagi, atau sekitar 11 Giga Watt. 

PT. PLN baru saja meresmikan pabrik panel surya dengan kapasitas 1 Giga Watt.  Pengembangan industri sel surya akan diawali dari “hilir”, yaitu dengan pembuatan pabrik-pabrik panel energi surya, lalu dilanjutkan ke “hulu” dengan pembuatan sel surya dan wafer tempat penempatan sel surya tadi. Industri “Hulu – Hilir” ini kemudian akan dilanjutkan dengan proses paling “Hulu” yaitu industri pemurnian silika dari pasir kwarsa hingga mencapai kemurnian silika 99.99999% .  

Mengingat pangsa pasar Singapura telah tersedia (captive) dan posisi Singapura sebagai lembaga keuangan Dunia, maka negara ini tidak memiliki masalah untuk berinvestasi dibidang “energi hijau” ini.  Tentu ini kesempatan bagi Indonesia untuk bergabung dalam kegiatan riset dan pengembangan sel surya dan semi-konduktor bersama Singapura. 

Pada 14 Oktober 2024, Menteri PU Basuki Hadimulyono meluncurkan Indonesia Solar Energy Reserach Center (ISEREC) yang digawangi oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan dalam kegiatannya akan bekerjasama dengan National Universty of Singapore (NUS) dan Solar Energy Research Institute of Singapore (SERIS). 

Dari pihak Indonesia, ISEREC juga bermitra dengan BRIN, Universitas Gajahmada, ITB-Bandung, Universitas Indonesia, KADIN-Indonesia dan CTIS.  Dukungan industri dalam kerjasama PII – NUS – SERIS ini datang dari berbagai industri energi bersih, industri panel surya di Indonesia, pabrik sel baterai di Indonesia dan berbagai lembaga riset dan pengembangan Dunia di bidang sel surya dan semi-konduktor.

Professor Michael Goutama menyampaikan bahwa kegiatan awal Riset dan pengembangan akan diawali dengan membuat Peta Jalan Industri Sel Surya dan Semi-Konduktor di Indonesia, yang akan menjadi pegangan Kemenko Perekonomian RI. 

Lewat Peta Jalan tadi maka dapat diprioritaskan pilihan lembaga – lembaga di Indonesia untuk mengerjakan bagian bagian  tertentu dalam pembangunan industri sel surya dan semi-konduktor ini. Kegiatan riset berikutnya adalah kegiatan mengukur irradiasi sinar matahari di berbagai wilayah di Indonesia dalam rangka penetapan lokasi lokasi optimal untuk penempatan panel panel surya.

Pihak NUS dan SERIS menyediakan sarana laboratorium canggih dan mitra ilmuwannya untuk bersama-sama membangun industri sel surya dan semi-konduktor  ini di Indonesia. Seperti diketahui bahwa pada tahun 2008 NUS telah membangun laboratorium Sel Surya dan Semi-Konduktor kelas Dunia. 

Laboratorium yang memiliki 110 PhDs dibidang riset energi surya terapan ini telah digunakan oleh SERIS  untuk kegiatan riset Perovskite-silicon tandem solar cells, membangun sistem fotovoltik terintegrasi dan membangun Floating Solar Systems. 

Semua fasilitas ini dapat dipergunakan secara bersama-sama dengan para ilmuwan dan insinyur.  Disamping itu, NUS juga menyediakan beasiswa Program Doktor bagi ilmuwan Indonesia yang berminat menggeluti teknologi sel surya dan semi-konduktor.  Kerjasama ISEREC – NUS juga menarik minat universitas- universitas ternama di Tiongkok untuk bergabung dalam kegiatan riset dan pengembangan sel surya ini.

Dari pihak Indonesia, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) siap mendukung  kerjasama ISEREC – NUS – SERIES ini. Direktur Utama LPDP, Dr Andin Hadiyanto, dalam pertemuan dengan CTIS – PII, Rabu 30 Oktober 2024, menyampaikan bahwa LPDP siap mendukung program Beasiswa Doktor melalui Program Co-Funding. 

Artinya, apabila NUS menyediakan 10 Beasiswa maka LPDP juga akan menyediakan 10 Beasiswa Doktor, sehingga total penerima Beasiswa Doktor Bidang Sel Surya dan Mikro-prosessor  dari Indonesia akan menjadi 20 orang.  Pola serupa juga akan diterapkan untuk beasiswa dari universitas-universitas ternama di Tiongkok. 

Berkaitan dengan riset pembuatan road-map industri sel surya dan semi-konduktor di Indonesia, LPDP sangat mendukung, karena ini berkaitan dengan penempatan prioritas sumberdaya manusia lembaga lembaga di Indonesia, agar industri sel surya dan industri semi-konduktor dapat segera terwujud. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles