Penguatan sains bagi siswa – siswi sekolah di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Tingginya angka anak putus sekolah di jenjang SD, SMP, SMA dan SMK menjadi salah satu penyebab utamanya.
Selain itu, pelajaran matematika dan sains kerap dianggap menakutkan dan tidak menarik bagi banyak siswa.
“Ini perlu diubah, bagaimana membuat anak didik mencintai pelajaran matematika dan sains?”, ujar Feddy Djunaedi, Tim Pengembangan Produk Lab Cerdas Teknologi, dari Nasio Karya Pratama, dalam diskusi Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) , yang digelar pada Rabu (21/5/2025).
Diskusi yang dipandu Ketua CTIS, Wendy Aritenang, mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi Sains dengan Kit Praktikum Portabel.”
Tantangan Besar: Anak Putus Sekolah dan Mutu Pendidikan
Feddy menyampaikan bahwa visi pembangunan nasional melalui Asta Cita menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan.
Namun, menurut data Kemendikbudristek tahun 2024, terdapat sekitar 4,6 juta anak putus sekolah di Indonesia.
Penyebab utama adalah faktor ekonomi, sosial, serta terbatasnya akses terhadap pendidikan berkualitas.
“Untuk mendukung Indonesia Emas 2045, mutu pendidikan harus diperkuat, terutama dalam bidang sains dan matematika,” tambahnya.
Indonesia juga turut serta dalam survei internasional PISA (Programme for International Student Assessment) yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Cooperation & Development (OECD) setiap tiga tahun.
Hasil PISA 2022 menunjukkan rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam literasi membaca, matematika, dan sains.
Banyak siswa tidak mampu membaca soal dengan baik, mengidentifikasi masalah, atau menarik kesimpulan.
Praktikum: Solusi dari Pembelajaran Teoritis yang Kaku
Feddy menilai, perlu ada reorientasi dalam sistem pendidikan Indonesia. “Guru perlu menghadirkan metode belajar yang menyenangkan dan membangun ketertarikan siswa terhadap matematika dan sains, oleh sebab itu metoda teori perlu dilengkapi peralatan laboratorium untuk praktikum”.
Pembelajaran yang masih didominasi oleh metode ceramah dan hafalan, tanpa ruang praktik, perlu dikombinasikan dengan kegiatan praktikum yang aplikatif.
Data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, menunjukkan bahwa pada tahun 2024 Indonesia memiliki 14.800 SMA dan 14.450 SMK.
Sebagian besar tentu belum memiliki perlangkapan laboratorum kimia dan fisika, tempat para siswa menguji teori teori di kelas.
Melalui kegiatan praktikum, bisa membuat mata pelajaran matematika dan sains menjadi lebih menarik bagi para siswa.
Itulah mengapa, Nasio Karya Pratama menghadirkan Lab Cerdas Teknologi—inovasi laboratorium portabel yang ekonomis dan mudah dibawa, berbentuk koper berisi kit praktikum.
“Selama ini, sekolah-sekolah tidak memiliki fasilitas praktikum karena keterbatasan ruang dan peralatan laboratorium. Kit ini bisa digunakan oleh 5–6 siswa, sehingga memudahkan akses ke praktikum di berbagai kondisi sekolah,” jelas Feddy.
Dengan pendekatan ini, siswa dapat belajar membaca masalah, mengidentifikasi solusi, dan menarik kesimpulan secara langsung—sebuah keterampilan penting dalam pembelajaran sains dan matematika.
Lengkap dan Terjangkau, Didampingi Ahli
Lab Cerdas Teknologi terdiri dari 18 jenis kit praktikum, diperuntukkan bagi siswa SMP hingga SMA kelas 10–12.
Kit kimia, misalnya, telah dilengkapi dengan bahan-bahan kimia dalam jumlah terukur, serta disertai pendamping laboratorium untuk panduan praktikum.
“Guru biasanya hanya hafal teori, tetapi tidak paham penerapannya. Ironisnya, mereka tiba-tiba meminta siswa mengikuti tes praktikum, padahal belum pernah melakukan praktikum sebelumnya. Akhirnya, banyak orang tua mendaftarkan anaknya ke les praktikum,” ungkapnya.
Pada diskusi di CTIS, diperagakan teori elektrolisa dengan memasukkan katoda dan anoda di air panas dan air dingin pada dua gelas yang berbeda, ini berhasil mengalirkan listrik untuk memutar baling baling kecil.
Juga diperagakan peralatan laboratorium mini untuk membuat energi hidrogen, melalui air yang memiliki unsur Kimia H2O, lalu dipisahkan menjadi gas Hidrogen untuk “meluncurkan roket” dan Oksigen (O2) sisanya.
Praktikum seperti ini akan semakin menarik minat para siswa SMA & SMK untuk kelak di kemudian hari merintis karir di bidang Sains, Technology, Engineering & Mathematics (STEM)..
Beragam Kit Praktikum Portabel ini adalah buatan dalam negeri dengan 100% Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), menggunakan bahan lokal dan telah tersertifikasi oleh Universitas Negeri Jakarta serta Standar Nasional Indonesia (SNI).
Feddy menegaskan bahwa sistem paket laboratorium portabel yang dibuat Nasio Karya Pratama tidak hanya berbentuk paket laboratorium portabel, namun juga menyediakan jasa pendampingan bagi para guru untuk mengoperasikan beragam peralatan laboratorium tadi.
Termasuk pendampingan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pendampingan ini penting karena banyak guru tidak memahami cara mengoperasikan beragam alat bantu pendidikan yang didatangan.
Bahkan peralatan dari bantuan luar negeri, kerap berakhir teronggok di sudut kelas, tanpa pernah digunakan.
Dukungan dari Dewan Pakar
Dewan Pakar CTIS, Indroyono Soesilo, turut memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan literasi sains dan matematika melalui inovasi seperti Lab Cerdas Teknologi ini.
“Anak-anak perlu diajak menyukai matematika dan sains, serta mampu memecahkan masalah, bukan sekadar menghafal teori,” pungkasnya. ***