Kamis, 7 November 2024

Kinerja Ekspor Kayu Olahan Indonesia Dekati Rekor tapi Resesi Mulai Membayangi

Latest

- Advertisement -spot_img

Ekspor produk kayu Indonesia tahun 2022 menunjukkan catatan positif bahkan mulai mendekati rekor yang dicapai tahun lalu. Meski demikian, ancaman resesi yang diperkirakan akan terjadi pada tahun depan mulai membayangi.

Dikutip forestinsights.id dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), sampai November, ekspor produk kayu olahan Indonesia sudah mencapai 13,27 miliar dolar AS, mendekati total nilai pada tahun 2021 yang sebesar 13,57 miliar dolar AS yang merupakan rekor ekspor produk kayu olahan sepanjang sejarah.

Secara Year on Year (YoY), ekspor produk kayu olahan hingga November mengalami kenaikan 8,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dimana nilai ekspor sebesar 12,26 miliar dolar AS.  Masih adanya bulan tersisa dan tren yang terjadi memungkinan kinerja ekspor produk kayu akan menyamai catatan tahun lalu bahkan melewatinya.

Raihan ekspor tahun 2022 hingga November terutama ditunjang oleh 4 jenis produk kayu olahan yang memang mengalami tren kenaikan. Produk kertas mencatat ekspor sebesar 3,98 miliar dolar AS, naik 17,9% (YoY). Lalu diikuti dengan produk pulp (bubur kayu) yang mencatat ekspor sebesar 3,31 miliar dolar AS, mengalami kenaikan 13,2% (YoY).

Sementara produk panel kayu (plywood) yang mencatat ekspor sebesar 2,67 miliar dolar AS, turun tipis 1,6% (YoY) dan furnitur sebesar 2,11 miliar dolar AS, naik 14,2% (YoY).

Permintaan Pasar

Di tengah bayang-bayang resesi beberapa negara dan kawasan yang selama ini menjadi pasar tradisional produk kayu Indonesia ternyata masih menunjukan adanya peningkatan permintaan.

Jepang misalnya. Ekspor kayu ke Negeri Sakura hingga November tercatat mengalami kenaikan 13% (YoY) menjadi 1,4 miliar dolar AS. Sementara ekspor ke Republik Korea mengalami kenaikan 6% (YoY) menjadi 731,9 juta dolar AS.

Di Uni Eropa+Inggris, ekspor produk kayu Indonesia naik sebesar 10% (YoY) menjadi sebesar 1,16 miliar dolar AS. Sedangkan pasar India terus berkembang dan meroket hingga 38% (YoY) menjadi 471,5 juta dolar AS.

Namun permintaan justru terjadi di pasar-pasar utama Indonesia. Di China, yang merupakan pasar terbesar produk kayu Indonesia, tren ekspor ke Negeri Tirai Bambu turun 14,5% (YoY) senilai 3,11 miliar dolar AS. Demikian juga di Amerika Serikat, dimana ekspor turun 3% (YoY) menjadi 2,09 miliar dolar AS.

Pertanda resesi yang ditandai dengan turunnya permintaan pasar tidak hanya terjadi pada produk kayu saja. Secara nasional, ekspor produk Indonesia juga mengalami penurunan pada November dibandingkan Oktober 2022 (MoM) meski tetap mengalami kenaikan dibandingkan November 2021 (YoY).

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan nilai total ekspor Indonesia pada November 2022 mencapai 24,12 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 2,46%  dibanding Oktober 2022 (MoM).  Penurunan nilai tersebut disebabkan oleh melemahnya ekspor migas sebesar 11,85% (MoM) dan nonmigas sebesar 1,94% (MoM).

Mendag Zulkifli Hasan dalam keterangannya, Jumat, 16 Desember 2022 mengatakan, pelemahan ekspor bulan November 2022 juga dialami beberapa negara mitra dagang Indonesia, diantaranya Taiwan yang turun sebesar 9,52% (MoM), Vietnam turun 3,92%, Korea Selatan turun 1,09%, dan China 0,67%.

Prediksi adanya resesi global pada tahun 2023 bakal dilingkupi awan gelap diungkap oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Dari dalam negeri, peringatan akan ancaman resesi juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Ancaman resesi dipicu oleh akumulasi beberapa fenomena global. Mulai dari dampak pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina, naiknya harga komoditas pangan dan energi, serta resesi keuangan di berbagai negara.

Pasar Non Tradisional

Terhadap ancaman penurunan ekspor produk kayu, Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan pemerintah akan memberi dukungan untuk membuka pasar non tradisional.

“Untuk menunjang ekspor produk hasil hutan kayu kami telah dan akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan,” katanya, Rabu, 21 Desember 2022.

Sementara itu, Direktur Amerika II Kementerian Luar Negeri Darianto Harsono mengatakan pelaku usaha kehutanan di Indonesia bisa melirik Amerika Latin untuk pengembangan pasar. Apalagi, jumlah penduduk di sana sekitar 630 juta jiwa.

“Salah satu Negara yang potensial adalah Chile,” katanya.

Potensi pasar di Amerika Latin juga didukung dengan hubungan diplomatik negara-negara di kawasan itu dengan Indonesia. Menurut Darianto, Indonesia memberikan fasilitas bebas visa terhadap sebagian besar negara Amerika Latin. Demikian juga sebaliknya dimana masyarakat Indonesia bisa mendapat fasilitas bebas visa di sejumlah negara Amerika Latin.  ***

- Advertisement -spot_img

More Articles