Senin, 17 November 2025

Indonesia Dorong Inovasi Beras Fungsional sebagai Solusi Kesehatan Global

Latest

- Advertisement -spot_img

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, D.C. pada 8 Oktober 2025 menyelenggarakan webinar daring bertajuk “Unlocking Rice’s Hidden Power: A Path to World Health Transformation” dengan menghadirkan Profesor Herry S. Utomo dari Louisiana State University (LSU) sebagai pembicara utama.

Kegiatan ini membahas peran beras sebagai pangan pokok dunia yang berpotensi menjadi platform ilmiah untuk menjawab tantangan kesehatan global melalui inovasi riset dan teknologi pertanian.

Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, H.E. Indroyono Soesilo, dalam sambutannya menegaskan komitmen Indonesia dalam mendorong riset dan inovasi pertanian sebagai kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan dan kesehatan global.

Ia juga memberikan apresiasi kepada para ilmuwan diaspora Indonesia yang berperan aktif dalam pengembangan riset berorientasi global. “Inovasi seperti ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan dapat menjadi jembatan antara ketahanan pangan dan kesejahteraan dunia,” ujarnya.

Dalam paparannya, Prof. Herry S. Utomo menjelaskan bahwa beras menjadi sumber kalori bagi lebih dari setengah populasi dunia dan menyumbang sekitar 20 persen dari total asupan kalori global.

Produksi beras dunia pada tahun 2024 mencapai 535 juta metrik ton, dengan Asia, khususnya Cina, India, dan Indonesia menjadi wilayah dengan produksi dan konsumsi tertinggi. “Dengan jangkauan sebesar itu, beras dapat menjadi kendaraan ideal untuk memperbaiki gizi dan kesehatan masyarakat,” katanya.

Tim riset yang dipimpinnya di LSU telah mengembangkan varietas beras non-GMO dengan peningkatan gizi signifikan, meliputi kandungan protein 53 persen lebih tinggi, indeks glikemik ultra rendah (GI 41), serta peningkatan kadar resistant starch dan γ-oryzanol yang berfungsi sebagai antioksidan alami.

Formulasi ini terbukti membantu menstabilkan kadar gula darah, menurunkan kolesterol jahat (LDL) hingga 15 persen, dan mengurangi kolesterol total sebesar 7–10 persen, sehingga bermanfaat bagi penderita diabetes maupun penyakit jantung.

Prof. Utomo menyebut bahwa satu cangkir beras tinggi protein hasil risetnya mengandung sekitar 6 gram protein, setara dengan gandum utuh atau oat, dan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan protein tersembunyi di masyarakat yang bergantung pada beras sebagai pangan utama.

Ia menekankan bahwa inovasi ini dapat berperan penting dalam menghadapi tiga beban utama kesehatan global, yaitu malnutrisi, defisiensi protein, dan gangguan metabolik kardiovaskular.

Ia juga mengutip data global tahun 2024 yang menunjukkan 673 juta orang menghadapi kelaparan, 2,6 miliar tidak mampu membeli makanan bergizi, serta 589 juta orang dewasa hidup dengan diabetes, angka yang diperkirakan meningkat menjadi 853 juta pada tahun 2050.

Selain itu, terdapat 612 juta orang yang hidup dengan penyakit kardiovaskular, penyebab 19,2 juta kematian setiap tahun, atau setara dengan satu dari tiga kematian di dunia.

“Angka-angka ini menunjukkan bahwa makanan harus berevolusi menjadi bagian dari solusi kesehatan,” ujar Utomo. “Beras fungsional dapat menjadi sarana intervensi kesehatan yang terjangkau, diterima secara budaya, dan berskala luas tanpa harus mengubah kebiasaan makan masyarakat.”

Webinar ini juga membahas peluang kolaborasi antara LSU dan lembaga penelitian Indonesia untuk mengembangkan varietas beras fungsional secara lokal.

Prof. Utomo menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan lembaga terkait dalam transfer teknologi dan peningkatan kapasitas riset berbasis kesehatan di Indonesia.

Menutup kegiatan, Dubes Indroyono Soesilo menegaskan bahwa diplomasi sains Indonesia akan terus diarahkan untuk memperkuat kolaborasi penelitian dan inovasi pangan berkelanjutan.

“KBRI Washington, D.C. akan terus menjadi jembatan bagi kerja sama riset antara Indonesia dan Amerika Serikat, khususnya dalam mengembangkan sistem pangan sehat dan berkelanjutan bagi masyarakat dunia,” ujarnya.
***

- Advertisement -spot_img

More Articles