Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) menandatangani Naskah Kerjasama (Memorandum of Understanding/MOU) untuk penguatan sumberdaya manusia dan kajian bersama tentang teknologi semikonduktor dan sel surya guna mengembangkan Industri Semi Konduktor dan Sel Surya dari hulu ke hilir di Indonesia.
Penandatanganan MOU dilakukan antara Ketua Umum PII, Dr. Ir. Danis Sumadilaga dan Ketua CTIS, Dr. Ir. Wendy Aritenang, disaksikan Pembina CTIS Prof. Indroyono Soesilo dan Co-CEO Indonesia Solar Energy Research Center (ISEREC), Professor Michael Goutama, di Jakarta, Jumat, 15 November 2024.
Dalam kesempatan itu, Danis Sumadilaga, menegaskan bahwa sesuai UU No.11/Th.2014 Tentang Keinsinyuran, salah satu tugas utama PII adalah pengembangan keprofesian insinyur secara berkelanjutan dan pembinaan keinsinyuran.
Itulah sebabnya pada KTT G-20, yaitu KTT 20 Negara dengan ekonomi terbesar di Dunia, di Bali, November 2022 lalu, PII telah merintis pembentukan Kelompok 20 Negara G-20 untuk mengembangkan keprofesian insinyur, yang dikenal sebagai Engineering 20, atau E-20.
Salah satu implementasi E-20 adalah pembangunan Industri Semikonduktor dan Sel Surya di Indonesia dengan pendekatan “End To End”, atau “Hulu – Hilir.
Memanfaatkan rencana ekspor 1000 Mega Watt listrik tenaga surya dari wilayah Kepulauan Riau ke Singapura, maka kerja sama E-20 diimplementasikan. Industri panel surya di dalam negeri bergairah dan produksi panel surya, yang saat ini baru mencapai 500 MegaWatt, segera melonjak menjadi 11 GigaWatt, atau 11000 MegaWatt. PLN baru saja meresmikan pabrik sel surya-nya, dengan produksi 1 GigaWatt.
Guna meningkatkan sumberdaya manusia yang akan menangani industri sel surya dan semikonduktor ini, PII menjalin kerjasama dengan Solar Energy Research Insitute of Singapore (SERIS), yang merupakan bagian dari National University of Singapore (NUS), dan bersama membentuk lembaga Indonesia Solar Energy Research Center (ISEREC).
PII kemudian menggalang kerjasama dengan berbagai universitas dan lembaga riset di tanah air, salah satunya adalah dengan CTIS.
Dewan Pembina CTIS, Professor Indroyono Soesilo, dalam kesempatan itu menyambut baik kerjasama PII – CTIS ini, mengingat CTIS memiliki pakar pakar senior yang dapat menyumbangkan pengalaman mereka demi terwujudnya industri semionduktor dan sel surya kelas Dunia, yang siap masuk dalam rantai pasok Dunia di industri ini.
Indroyono mengatakan bahwa ide pembangunan industri semikonduktor di tanah air telah dirintis oleh Menteri Ristek/Kepala BPPT, Prof. BJ Habibie pada tahun 1978 lalu, yang menugasi Professor Samaun Samadikun dan Professor Barmawi, keduanya dari ITB-Bandung untuk membangun purwa rupa industri sel surya di tanah air.
Laboratorium Sel Surya dan Semikonduktor kemudian di bangun oleh LIPI di Puspiptek – Serpong, Jawa Barat, dan pada tahun 1992 sudah berhasil membangun purwa rupa waffer dan sel surya produksi dalam negeri.
Namun, Industri ini baru akan terwujud setelah hampir 40 tahun dikerjakan oleh ahli-ahli Indonesia sendiri, mengingat, kala itu, pasar dalam negeri belum ada.
Sekarang, Indonesia siap memasuki era industri semikondutor dan sel surya dengan kekuatan pasar dalam negeri dan juga mendorong ekspor, pertama ke Singapura dan kemudian ke mancanegara dengan memposisikan diri sebagai salah satu bagian dari rantai pasok industri sel surya dan semikonduktor Dunia.
ISEREC sekarang sedang menyusun Peta Jalan (Road Map) industri ini di Indonesia serta riset pengukuran irradiasi sinar matahari dibeberapa lokasi di tanah air guna mendapatkan energi optimum untuk membangun pembangkit listrik tenaga sel surya. NUS-Singapura juga mulai menawarkan beasiswa Program Doktor untuk kandidat Doktor dari Indonesia.
Rencana ini disambut baik oleh Dirut Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Dr.Andin Hadiyanto yang siap mendukung lewat program Co-Funding LPDP. Apabila NUS menyiapkan 5 Beasiswa Doktor maka LPDP akan menyiapkan beasiswa dalam jumlah yang sama, sehingga kandidat Doktor dari Indonesia ke NUS mencapai 10 orang. Kebetulan NUS dan LPDP sudah mempunyai Program Kerjasama.
Bersamaan dengan pendandatangan MOU antara PII – CTIS, maka diresmikan pula Sekretariat ISEREC dengan Sekretaris ISEREC Dr. Andhika Prastawa.
Hadir pada acara penandatangan MOU, antara lain, Rektor Institut Teknologi Indonesia (ITI), yang juga Mantan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr. Marzan Azis Iskandar, Ketua Komite Energi CTIS dan Mantan Kepala BPPT, Dr. Unggul Priyanto, Mantan Ketua Lembaga Penerbangan & Antariksa Nasional (LAPAN) Prof. Harijono Djojodihardjo, Ketua Komite Telekomunikasi & Informatika CTIS, yang juga mantan Dirjen di Kementerian Komunikasi & Informatika, Dr. Ashin Sasongko, para ahli energi surya Indonesia, seperti Dr. Arya Rezavidi, Dr. Martin Djamin dan Ir.Wisnubroto, serta perwakilan dari BRIN dan Universitas Negeri 11 Maret. ***