Paviliun Indonesia berhasil menjalankan soft diplomacy pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC yang berlangsung di Baku, Azerbaijan.
Sebanyak 44 sesi diskusi panel yang menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang dan atraksi kebudayaan Nusantara membuat Paviliun Indonesia menarik banyak pemangku kepentingan dari seluruh dunia untuk berkolaborasi dalam pengendalian perubahan iklim.
“Selama penyelenggaraan Paviliun Indonesia, kita telah saling bertukar praktik terbaik, belajar satu sama lain, terlibat dalam diskusi, terlibat dalam negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang akan meningkatkan komitmen kita dalam aksi iklim,” kata Penanggung Jawab Paviliun Indonesia Agus Justianto saat penutupan Paviliun Indonesia, Kamis, 21 November 2024.
Diselenggarakan selama dua pekan seiring penyelenggaraan COP29 UNFCCC, Paviliun Indonesia dibuka oleh Utusan Khusus Presiden untuk COP29 Hashim Djojohadikusumo. Selama penyelenggaraan, Paviliun Indonesia menggelar 44 sesi diskusi yang menghadirkan 215 pembicara dimana 68 diantaranya adalah pembicara internasional.
Banyaknya sesi diskusi yang digelar menunjukkan komitmen yang kuat dari para pemangku kepentingan untuk berbagi aksi iklim sehingga semakin banyak inovasi yang bisa dimanfaatkan dalam pengendalian perubahan iklim.
“Ini sejalan dengan tema Paviliun Indonesia pada tahun ini yaitu, Sustainably Stronger Together. Kami bangga Paviliun Indonesia menjadi platform untuk inovasi dan aksi iklim yang kuat,” katanya.
Diantara pembicara terdapat tokoh-tokoh terkemuka seperti Presiden UN Sustainable Development Solutions Network Jeffrey Sach. Sesi Jeffrey Sach menarik banyak delegasi dari berbagai negara memenuhi Paviliun Indonesia.
Paviliun Indonesia juga menampilkan beragam kekayaan budaya Indonesia berupa tarian, busana, hingga pangan. Penampilan keragaman budaya itu menunjukkan kepada dunia bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia sangat menghargai alam.
Setiap harinya sekitar 250-300 delegasi dari berbagai negara datang ke Paviliun Indonesia dengan total delegasi yang berkunjung mencapai sekitar 2.500 orang.
Menurut Agus, Paviliun Indonesia memberi contoh pada dunia tentang perlunya kolaborasi pada aksi iklim. “Paviliun Indonesia menunjukkan aksi iklim terbaik yang dilakukan semua pihak dan memastikan bahwa No One Left Behind,” kata Agus.
Sementara itu Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanthi mengatakan, diskusi penuh bobot yang diselenggarakan di Paviliun Indonesia dapat mengakselerasi potensi kolaborasi yang lebih kuat untuk mencapai target penurunan emisi karbon yang lebih ambisius.
Laksmi menegaskan, Indonesia akan menunjukkan kepada masyarakat global dengan kepemimpinan dalam aksi iklim dengan prinsip leading by example.
“Kita harus meneruskan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan untuk memastikan target pemanasan global tidak melebihi 1,5 derajat celcius dapat tercapai,” katanya. ***