Minggu, 24 November 2024

Medali Agricola dari FAO untuk Presiden Jokowi

Latest

- Advertisement -spot_img

Presiden Joko Widodo menerima Penghargaan Medali Agricola dari United Nations Food & Agriculture Organization (UN – FAO), Organisasi PBB yang menangani Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2024

Penghargaan tersebut diberikan atas kontribusi dan komitmen Presiden Jokowi  yang dinilai memiliki upaya besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dukungan luar biasa pada tujuan mendasar FAO dalam mencapai ketahanan pangan.  

Medali Agricola diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu.  Menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, FAO menilai bahwa Indonesia berhasil meningkatkan swasembada pangan selama 10 tahun terakhir, termasuk swasembada pangan sempurna tanpa impor beras medium selama empat tahun, kurun 2017 – 2021. 

Beberapa Kepala Negara/Pemerintahan Dunia yang pernah menerima penghargaan Medali Agricola dari FAO, antara lain Presiden Malawi Binguwa Mutharika, Presiden Ethiopia, Aby Ahmed,  Raja Bhumbol Adulyadej dari Thailand, Presiden Perancis Jacques Chirac, Presiden RRT, Jiang Zemin, Paus John Paul II dari Vatikan, Presiden Mesir Hosni Mubarak, Perdana Menteri Spanyol Jose Maria Aznar dan Presiden Jerman Johannes Rau. 

Sedang Presiden Soeharto menerima  penghargaan Medali FAO ”From Rice Importer To Self-Suffiency”, dari Dirjen FAO Edouard Saouma (1985). 

Pada masa Pemerintahan Presiden SB Yudhoyono, FAO menganugerahkan penghargaan kepada Indonesia ”Recognition for Outsanding Achievment In Fighting Hunger & Undernourishment 2013”, diserahkan Dirjen FAO Graziano da Silva dan diterima oleh Menko Perekonomian M. Hatta Rajasa di Markas FAO Roma, atas keberhasilan Indonesia mencapai Goal 1 Millenium Development Goals (MDGs), yaitu berhasil menghapus kelaparan dua tahun lebih cepat dari target tahun 2015.

Indonesia bergabung kedalam UN-FAO pada 28 November 1949, dan menjadi Anggota FAO bersama 193 negara Dunia lainnya.  Indonesia termasuk salah satu negara yang aktif di dalam kegiatan FAO. 

Pada tahun 1985, saat Indonesia surplus pangan, para petani Indonesia, melalui FAO,  menyumbangkan 100.000 Ton beras untuk rakyat di Afrika yang dirundung kelaparan. 

Pada tahun 1985 juga, bersama FAO, Indonesia membangun dua Pusat Pelatihan Pertanian di Negara Tanzania dan Gambia, yang masih tetap beroperasi hingga saat ini. 

Di sektor Perikanan, FAO dan Indonesia bekerjasama untuk menanggulangi penangkapan ikan illegal, penangkapan ikan tak terlaporkan dan tak teregulasi, yang dikenal dengan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing

FAO dan Indonesia juga bersama-sama mengembangkan Ekonomi Biru (Blue Economy). Pasca tsunami Aceh 2004, FAO membantu membangun kembali sektor perikanan tangkap di Aceh dengan menyediakan kapal kapal nelayan modern untuk nelayan Aceh.

Di bidang Kehutanan, sejak 8 tahun terakhir, Indonesia bersama FAO menerbitkan dokumen dwi-tahunan penting, State of Indonesia’s Forests, yang diluncurkan bersamaan dengan peluncuran dokumen dwi-tahunan FAO State of World’s Forests di Markas FAO Roma.

_________

Pada masa Menteri Pertanian Thoyib Hadiwidjaja, Indonesia Room diresmikan di Markas FAO Roma (1969).  Indonesia Room dilengkapi hiasan ornamen kayu jati berukiran Jepara diseluruh ruangan, lengkap dengan furniture-nya.  Juga diabadikan di Indonesia Room, kenang-kenangan dari Menteri Kelautan & Perikanan RI, Syarief C. Soetardjo, dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya Bakar, dari Menko Kemaritiman RI, Indroyono Soesilo, dari Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal RI, Helmy Faishal Zaini dan dari Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI).  

Saat ini, dari total 3000 Staff, terdapat 9 Warga Negara Indonesia bekerja di Markas FAO – Roma.  Beberapa tokoh Indonesia yang pernah bertugas di Markas FAO – Roma, antara lain, Profesor Syarifudin Baharsyah sebagai Ketua Dewan Pengarah FAO dan Professor Indroyono Soesilo sebagai Direktur Perikanan dan Akuakultur FAO. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles