Perum Perhutani berhasil mengantongi laba konsolidasi sebesar Rp405 miliar pada tahun 2021 lalu.
Kontribusi terbesar terhadap pencapaian tersebut berasal dari komoditas kayu dan getah.
Demikian dinyatakan oleh Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR, Selasa 18 Januari 2022.
“Alhamdulillah di masa pandemi laba Perhutani masih bisa tumbuh,” kata dia.
Perhutani mencatat laba bersih sebesar Rp205 miliar pada tahun 2019. Catatan laba perusahaan pelat merah itu kemudian naik menjadi Rp214 miliar pada tahun 2020.
Pada tahun 2021 laba melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp405 miliar, sebelum diaudit.
Wahyu menjelaskan laba Perhutani tersebut diperoleh dari pendapatan usaha yang meningkat cukup tinggi sebesar Rp4,7 triliun pada tahun 2021.
Pendapatan tersebut didominasi oleh dua komoditas andalan Perhutani yaitu kayu dan getah, misalnya getah pinus.
“Hampir 80% berasal dari kayu dan getah,” kata Wahyu.
Wahyu mengungkapkan untuk tahun 2022 Perhutani menargetkan untuk meraih laba sebesar Rp434 miliar, sesuai Rencana Kerja dan Anggaram Perusahaan (RKAP).
Namun, target tersebut ada kemungkinan dinaikkan menjadi Rp500 miliar sesuai permintaan Kementerian BUMN.
Perhutani adalah satu-satunya BUMN Kehutanan saat ini. PT Inhutani I-V yang dulu berstatus sebagai BUMN melebur menjadi anak usaha Perhutani pada tahun 2014.
Selain PT Inhutani I-V, Perhutani juga punya tiga anak usaha lain yaitu PT BUMN Hijau Lestari, PT Palawi Risorsis, dan PT Perhutani Anugerah Kimia.
Saat ini Perhutani mengelola hutan di Jawa dan Madura dengan luas 2,4 juta hektare atau setara dengan 1,9% luas hutan seluruh Indonesia yang sekitar 125 juta hektare.
Jika menghitung dengan luas areal hutan yang dikelola anak usahanya (PT Inhutani I-V), maka luas areal hutan yang dikelola Perhutani Grup mencapai 3,6 juta hektare atau setara dengan 2,9% dari luas kawasan hutan Indonesia. ***