Rabu, 11 September 2024

Kinerja Ekspor Kayu Masih Bagus, Situasi Ekonomi China Mesti Diwaspadai

Latest

- Advertisement -spot_img

Semester pertama tahun 2022 cukup cerah bagi sektor kehutanan. Kinerja di hulu dan hilir pemanfaatan dan pengolahan kayu stabil dan cenderung meningkat.

Meski demikian, penurunan ekspor untuk tujuan China perlu diantisipasi mengingat Negeri Tirai Bambu adalah salah satu pasar terbesar bagi produk kayu Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah oleh Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) per 8 Agustus 2022, produksi kayu bulat sepanjang semester pertama tahun 2022 (Januari-Juli) menunjukkan angka yang cukup stabil.

Produksi kayu dari hutan alam tercatat sebesar 2,77 juta m3 turun tipis 2,8% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 2,85 juta m3.

Untuk kayu dari hutan tanaman, produksi tercatat sebesar 24,9 juta m3 turun tipis 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 26,3 juta m3.

Sementara untuk produksi kayu dari Perum Perhutani (Jawa-Madura) tercatat sebesar 579.265 m3 naik 3,5% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 559.924 m3.

Sementara di hilir, ekspor secara umum mengalami peningkatan. Ekspor produk kayu pada semester pertama tahun ini mencapai 8,35 miliar dolar AS naik sebesar 11,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 7,4 miliar dolar AS.

JIka dibandingkan dengan total ekspor pada tahun 2021 yang sebesar 13,57 miliar dolar AS, berarti catatan ekspor produk kayu hingga semester I tahun ini sudah sebesar 61,6%.

Tiga produk kayu yang mencatat ekspor terbesar pada semester ini adalah kertas, bubur kayu (pulp), dan panel kayu dengan nilai secara berturut-turut 2,43 miliar dolar AS, 1,94 miliar dolar AS, dan 1,91 miliar dolar AS.

Kinerja yang dicapai tersebut tidak lepas dari pasar yang terus tumbuh di sejumlah negara tujuan utama. Ekspor produk kayu Indonesia ke Jepang tumbuh 25% menjadi 936,1 juta dolar AS pada semester 1 tahun ini.

Sementara ekspor ke Amerika Serikat sebesar 1,47 miliar dolar AS naik sebesar 19%; ekspor ke Uni Eropa+Inggris sebesar 768,5 juta dolar AS naik sebesar 20%; dan  ekspor ke Republik Korea sebesar 483,7 juta dolar AS naik 7,61%.

Kinerja ekspor Indonesia ke China tahun 2022

Namun demikian, ekspor untuk salah satu pasar terbesar yaitu China justru mengalami penurunan pada semester ini.

Ekspor produk kayu Indonesia ke negeri tirai bambu pada Januari-Juli 2022 tercatat sebesar 1,78 miliar dolar AS. Turun sebesar 18,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar 2,19 miliar dolar AS.

Ekonomi China

Penurunan ini sepertinya dampak dari melambatnya perekonomian di China.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) China yang dirilis, Jumat 17 Juli 2022 menunjukkan pertumbuhan ekonomi China melambat pada kuartal II tahun 2022. Kenaikan produk domestik bruto (PDB) secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan kedua hanya sebesar 0,4%.

Pertumbuhan PDB tersebut jauh di bawah pertumbuhan pada kuartal I tahun 2022 yang mencapai 4,8%.  Angka itu juga menjadi yang terendah sejak kontraksi sebesar 6,8% pada kuartal I tahun 2020 akibat pandemi Covid-19.

Melambatnya ekonomi China saat ini juga sebagai dampak dari kembali munculnya Covid-19. Kota-kota besar di China seperti Shanghai dan Beijing sempat ditutup dengan lockdown ketat yang membuat rantai pasokan terganggu yang memaksa pabrik untuk menghentikan operasi.

Penurunan ekonomi China coba direspons pemerintah dengan melakukan diversifikasi pasar di dunia, sehingga tidak hanya bergantung pada satu negara saja.

“Risiko yang harus kita pantau, salah satunya pertumbuhan ekonomi China itu terkoreksi cukup dalam. Ini kita punya hubungan ekonomi yang cukup intens dengan China,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu kepada pers, Senin 8 Agustus 2022.

Adapun, sepanjang semester I 2022, nilai ekspor Indonesia ke China tercatat sebesar 28,94 miliar dolar AS. Nilai tersebut setara 20,5% dari total nilai ekspor Indonesia.

Pangsa ekspor China tersebut jauh di atas Amerika Serikat dan Jepang masing-masing di urutan kedua dan ketiga yang masing-masing 10,5% dan 8,4%.

Pada produk-produk kayu, China juga menjadi pasar utama di atas Jepang dan AS.

Febrio mengatakan agar tidak terpapar dampak dari melemahnya perekonomian China, pemerintah  akan menjaga ketahanan ekonomi internal, dengan melakukan diversifikasi aktivitas ekspor dan investasi.

“Kita melakukan diversifikasi dari aktivitas ekonomi, sehingga tidak hanya tergantung pada China dan ini sudah mulai terjadi misal ekspor kita belakangan ini selain ke China kita juga perkuat ke India dan beberapa negara-negara lainnya,” jelasnya.

Febrio menambahkan, belakangan ini Indonesia mulai memperkuat ekspor ke negara lain di Asia, seperti India. Dia menyebut nilai ekspor Indonesia ke India sepanjang semester I tahun ini sebesar 11,4 miliar dolar AS.

Nilai tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,6 miliar dolar AS dan tahun 2020 sebesar 4,7 miliar dolar AS. Realisasi tersebut juga sudah melampaui realisasi 2019 sebesar 5,8 miliar dolar AS.

Jika menengok produk kayu pasar non tradisional seperti India juga menunjukkan peningkatan. Semester I tahun 2022 ekspor produk kayu ke India sebesar 279,4 juta dolar naik 28% secara yoy.

Jadi, jika kinerja ekspor ingin terus dipertahankan positif, maka seperti yang diungkap Febrio, pelaku usaha kehutanan memang selayaknya berupaya untuk melakukan diversifikasi pasar. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles