Kamis, 20 Maret 2025

Industri Dirgantara Nasional Menuju Indonesia Emas 2045

Latest

- Advertisement -spot_img

Februari 2023, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) meluncurkan Peta Jalan (Road Map) pembangunan industri dirgantara Nasional dengan visi: “Industri Kedirgantara Yang Tangguh Dan Berdaya Saing Menuju Indonesia Emas 2045”. 

Salah satu dari empat pilar ekosistem industri kedirgantaraan adalah membangun industri pesawat terbang dengan tiga sasaran yaitu 1) memproduksi pesawat jenis turboprop (baling baling) kapasitas dibawah 100 penumpang, 2) memproduksi pesawat nir-awak (drone) untuk angkutan kargo, dan 3) menjadi produsen utama flight simulator.  

Dalam Road Map BAPPENAS tersebut, misi yang diemban dalam membangun industri pesawat terbang adalah: ”Menguatkan industri pesawat terbang, komponen dan rantai pasok kedirgantaraan”.

Tahapan berikutnya tentu berupaya mengimplementasikan Peta Jalan Pembangunan Industri Dirgantara Nasional yang diluncurkan pada tahun 2023. 

Center for Technology & Inovation Studies (CTIS) menggelar diskusi tentang Pembangunan Industri Dirgantara Nasional dengan menghadirkan Ir. Agung Nugroho, mantan perancang-bangun pesawat terbang di PT. Dirgantara Indonesia, yang saat ini adalah Pendiri sekaligus Direktur Utama PT. Aviasi Indonesia Maju.  Bertindak sebagai moderator adalah Professor Anton Adibroto, Ketua-I CTIS, yang juga Guru Besar Teknik Penerbangan di University of Malaysia – Kelantan (UMK). 

Agung Nugroho memulai paparannya dengan menampilkan perjalanan industri penerbangan di Indonesia, sejak Indonesia merdeka, dimana para teknisi Tentara Keamanan Rakyat – Udara (TKR – Udara) berhasil memperbaiki dan menerbangkan pesawat-pesawat ex AU Jepang, bahkan pada 29 Juli1947 sudah berhasil melaksanakan operasi pengeboman udara, menyasar Kota Ambarawa, Salatiga dan Semarang. 

Pada tahun 1950, kegiatan perbaikan pesawat dan uji coba pesawat terbang pindah ke pangkalan udara Andir di Bandung, sedang Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai membuka jurusan teknik penerbangan pada tahun 1960.  Memasuki dekade 1970-an, dibangun Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR) di sarana pangkalan udara Andir, yang sudah berganti nama menjadi pangkalan udara Husein Sastranegara.  

Disinilah kemudian dimulai pembangunan industri pesawat terbang yang modern dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) dengan produk pesawat angkut NC-212, CN-235, N-250, C-295, serta perakitan pesawat-pesawat helikopter jenis NBO-105, AS-332 Super Puma,  Bell-412 hingga heli Cougar bekerjasama dengan Perancis. 

Agung Nugroho menjelaskan bahwa ditengah dinamika politik di dalam negeri, PT. IPTN, yang kemudian berganti nama menjadi PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), terus berkarya, membangun pesawat N-219 “Nurtanio”, juga membuat komponen-komponen  pesawat tempur F-16 pesanan General Dynamic – USA, serta pesanan Airbus, Perancis.

Memang, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia mutlak harus memiliki industri pesawat terbang dan industri galangan kapal yang kuat sebagai wahana transportasi antar pulau. 

Pesawat N-219 Nurtanio, Karya Para Insinyur Indonesia, kapasitas angkut: 19 Penumpang.

Agung Nugroho memperlihatkan data dari International Air Transport Association (IATA), yang pada tahun 2036 memposisikan Indonesia di peringkat #4 Dunia untuk kebutuhan jumlah pesawat angkut, sesudah Tiongkok, AS dan India. Ia kemudian melanjutkan bahwa pengembangan industri pesawat terbang di Indonesia kurun 1970 – 2000 dapat dipakai sebagai landasan untuk bergerak maju kedepan, karena kemampuan rancang bangun, pengembangan, integrasi sistem dan sertifikasi pesawat sudah dimiliki Indonesia. 

Tinggal sekarang bagaimana melanjutkan rangkaian program strategis nasional pesawat terbang tadi dan meningkatkan utilisasi kapasitas infrastruktur industri yang telah terbangun, serta meningkatkan kemampuan secara terus-menerus, dengan sasaran memenuhi pasar dalam negeri, untuk kemudian masuk ke pasar Internasional.  Tidak ketinggalan, kegiatan riset, inovasi dan pengembangan sumberdaya manusia perlu terus dipacu untuk mendukung pengembangan industri pesawat terbang ini.

Agung Nugroho juga menyampaikan bahwa komitmen pemerintah yang terus-menerus diperlukan, mendapat perhatian khusus Pimpinan Nasional untuk pada akhirnya ekosistem industri dirgantara dapat terwujud.  “Kehadiran lembaga finansial seperti Danatara yang segera terbentuk, akan menjadi angin besar bagi pembangunan industri industri-strategis jangka panjang di tanah air, seperti industri pesawat terbang ini”, demikian Agung Nugroho mengakhiri paparannya.   ***

- Advertisement -spot_img

More Articles