Jumat, 26 Juli 2024

Hadapi Ancaman Gempa, Penggunaan Kayu Paling Tepat untuk Konstruksi Rumah dan Gedung

Latest

- Advertisement -spot_img

Produk kayu adalah material bahan bangunan yang paling tepat digunakan untuk pembangunan rumah dan gedung menghadapi ancaman gempa bumi.

Pasalnya material kayu memiliki elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan material beton atau besi sehingga lebih tahan guncangan.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta, Selasa 7 Februari 2023 menyatakan selain bentuk konstruksi, penggunaan material kayu juga menentukan ketahanan rumah terhadap gempa.

“Material yang tepat untuk membangun rumah yang aman terhadap guncangan gempa bumi adalah material kayu,” kata dia dalam sambutannya pada seminar internasional yang diselenggarakan Asosiasi Industri Kayu Gergajian dan Pertukangan Indonesia (ISWA) dan Japan International Forestry Promotion and Cooperation Centre (JIFPRO) yang dibacakan oleh Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK Agus Justianto.

Dijelaskan bahwa kayu memiliki sifat-sifat yang lebih tahan terhadap guncangan gempa daripada material beton. Kayu yang berasal dari pohon, tersusun atas sel-sel kayu yang pernah hidup, sehingga memiliki elastisitas tinggi.

“Guncangan gempa akan dengan mudah menghancurkan konstruksi beton yang kokoh, dibandingkan dengan konstruksi kayu yang memiliki elastisitas tinggi,” kata Menteri Siti.

Pembuatan rumah dan bangunan tahan gempa sangat penting untuk diimplementasikan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam kategori rawan gempa bumi.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kerawanan terhadap gempa ini disebabkan Indonesia dilalui oleh jalur pertemuan antara 3 lempeng tektonik, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Ketiga lempeng tersebut seringkali bergerak, bergesekan, dan bahkan bertabrakan, sehingga menimbulkan gempa bumi.  Gempa bumi menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat bahkan hingga korban jiwa.

Menteri Siti menjelaskan kayu memang memiliki sifat unggul dalam menahan guncangan gempa. Meski demikian, kayu memiliki sifat alami yaitu mudah diserang organisme perusak kayu dan mudah terbakar.  Untuk itu

Menteri Siti menekankan pentingnya perlakuan pengawetan pada kayu dan perlindungan kayu dari kebakaran dengan penerapan inovasi dan teknologi.

“Beberapa inovasi teknologi untuk meningkatkan karakteristik alami kayu, diantaranya adalah pengawetan, impregnasi, pembuatan papan panel, dan pemberian bahan formulasi dan desain produk kayu agar tidak mudah terbakar,” katanya.

Sementara itu Direktur Eksekutif JIFPRO Shigeru Takahara menjelaskan, wilayah Indonesia dan Jepang memiliki kesamaan yaitu dilintasi ‘Cincin Api’ yang menjadikannya rawan gempa.

Menurut dia, karena kondisi tersebut pemerintah Jepang saat ini mempromosikan penggunaan material kayu yang tahan gempa dan api dalam pembuatan rumah dan gedung.

“Kemajuan teknologi Jepang bisa membuat material kayu yang tahan gempa dan kebakaran,” katanya. Dia mengatakan teknologi Jepang untuk material kayu yang tahan gempa dan kebakaran juga akan dipromosikan di Indonesia.  

Takahara juga menjelaskan, pemanfaatan material kayu akan meningkatkan permintaan bahan baku yang pada akhirnya memberi insentif untuk penanaman pohon. “Ini akan menimbulkan hutan tanaman yang berkelanjutan, memberi kontribusi ekonomi dan membuka mata pencaharian masyarakat lokal,” katanya.

Takahara mengatakan, pemanfaatan pohon sebagai bahan baku material kayu berkelanjutan positif untuk aksi pengendalian perubahan iklim. “Pohon menyerap dan menyimpan karbon sehingga bisa mengatasi perubahan iklim,” katanya.

Direktur Eksekutif ISWA Suhariyanto mengatakan akan mempromosikan penggunaan teknologi Jepang dalam kegiatan konstruksi yang tahan gempa dan kebakaran.

“Untuk meminimalisasi kerugian akibat gempa dan kebakaran, konstruksi harus tahan gempa dan api dengan menggunakan komponen kayu yang diolah sehingga awet dan kuat dengan menggunakan teknologi,” katanya. ***

More Articles