Jumat, 25 April 2025

Di Forum ASEAN, Direktur Rehabilitasi Mangrove Kemenhut Tekankan Pentingnya Isu Berkelanjutan untuk Konservasi

Latest

- Advertisement -spot_img

Direktur Rehabilitasi Mangrove Kementerian Kehutanan Indonesia, Ristianto Pribadi, menekankan pentingnya pengelolaan mangrove secara berkelanjutan guna menjaga keseimbangan ekosistem serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut disampaikan Ristianto pada forum ASEAN terkait rehabilitasi mangrove, Seminar on Sustainable Mangrove Industry: Harnessing Biodiversity for Economic and Environmental Prosperity di Kuala Lumpur, Senin (17/2/2025).

“Mangrove adalah penjaga garis pantai yang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan ekosistem laut. Selain sebagai habitat bagi berbagai spesies, mangrove juga berfungsi sebagai penyangga alami terhadap perubahan iklim, erosi pantai, dan cuaca ekstrem,” ujar Ristianto.

Ia menjelaskan bahwa ekosistem mangrove memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan menjadi tempat pembibitan alami bagi berbagai jenis ikan, kepiting, dan udang yang berkontribusi pada rantai makanan global.

Selain itu, mangrove mampu menyerap karbon dalam jumlah besar, sehingga menjadi bagian penting dalam mitigasi perubahan iklim.

Menurut Ristianto, Indonesia memiliki 3,44 juta hektare atau sekitar 23 persen dari total luas mangrove dunia, menjadikannya negara dengan kawasan mangrove terbesar di dunia.

Secara regional, kawasan ASEAN memiliki sekitar 40 persen dari total ekosistem mangrove global yang mencapai 14,8 juta hektare.

Lebih lanjut, ia menyoroti peluang ekonomi dari industri mangrove berkelanjutan, seperti ekowisata, perikanan berkelanjutan melalui skema silvofishery, serta produksi madu.

Salah satu potensi yang menjanjikan adalah pengembangan kredit karbon mangrove, yang memungkinkan konservasi dan restorasi ekosistem mangrove menghasilkan kredit karbon untuk diperdagangkan di pasar internasional.

Namun, Ristianto juga mengingatkan bahwa terdapat berbagai tantangan yang harus diatasi, antara lain pembalakan liar dan alih fungsi lahan, dampak perubahan iklim, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mangrove.

“Penegakan regulasi yang ketat, promosi mata pencaharian alternatif, serta edukasi dan kampanye kesadaran sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian ekosistem ini,” tambahnya.

Sebagai penutup, Ristianto menekankan bahwa industri mangrove berkelanjutan dapat menjadi solusi yang menghubungkan pelestarian keanekaragaman hayati dengan kesejahteraan ekonomi.

“Melalui Jaringan Mangrove ASEAN, mari kita bekerja sama untuk memastikan ekosistem mangrove terus berkembang, memberikan manfaat bagi masyarakat, serta berkontribusi dalam upaya global menghadapi perubahan iklim,” pungkasnya. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles