Indonesia membuka pintu bagi dunia Internasional untuk mendukung restorasi dan perbaikan pengelolaan lahan gambut yang kaya karbon demi menyokong tercapainya target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
“Sebagai pemilik lahan gambut tropis terluas di dunia, Indonesia terbuka untuk menerima dukungan multilateral untuk mencapai target restorasi dan perbaikan pengelolaan hidrologis gambut,” kata Penanggung Jawab Operasional International Tropical Peatland Center (ITPC) Agus Justianto pada Global Landscape Forum (GLF) Peatland 2024 di Bonn, Jerman, Kamis, 6 Juni 2024.
Luas lahan gambut Indonesia mencapai 24,67 juta hektare. Menjadi tempat menyimpan karbon yang sangat besar, ekosistem gambut memiliki peran yang sangat vital dalam target penurunan emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Forest and Other Land Use/FOLU).
Indonesia menargetkan untuk mencapai FOLU Net Sink pada tahun 2030 dimana penyerapan karbon dari sektor FOLU lebih tinggi dibanding emisinya di tingkat minus 140 juta ton CO2 equivalen.
Dalam Dokumen Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, pengurangan emisi karbon dari lahan gambut akan dilakukan melalui restorasi dan perbaikan tata kelola air dengan tujuan mengurangi emisi dari dekomposisi dan kebakaran. Adapun lahan gambut yang menjadi target seluas 3,56 juta hektare terdiri dari 1,88 juta hektare berupa aktivitas restorasi dan 1,67 juta hektare perbaikan tata kelola air.
Agus menyatakan empat strategi untuk memperkuat manajemen ekosistem gambut yaitu dengan menjaga kelembapan gambut, memperbaiki tutupan lahan gambut, merevitalisasi pemanfaatan lahan gambut, dan memperkuat lembaga pengelola lahan gambut.
“Keempat aksi strategi itu mesti diimplementasikan di tingkat Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) secara sistematis dan terintegrasi karena lahan gambut menyatu berkat fungsi hidrologisnya. Pembatasnya bukan batas kawasan atau administrasi pemerintahan,” kata Agus.
Agus melanjutkan, dukungan multilateral untuk perbaikan manajemen ekosistem gambut bisa disalurkan melalui International Tropical Peatlands Center (ITPC) yang berkantor pusat di Bogor. ITPC diinisiasi oleh Indonesia, Kongo, dan Republik Demokratik Kongo untuk mendukung pengelolaan lahan gambut tropis berkelanjutan.
Menurut Agus, melalui ITPC kerja sama multilateral diharapkan semakin meningkat untuk memperbaiki pengelolaan ekosistem gambut di Indonesia dan juga di Negara-negara pemilik gambut tropis lainnya.
“Indonesia sebagai Negara pendiri dan anggota ITPC, berharap dukungan dari berbagai lembaga internasional untuk implementasi dan pengembangan program-program dan aktivitas ITPC,” kata Agus. ***