Selasa, 19 November 2024

Cara PLN Kurangi Ketergantungan pada Batu Bara untuk Pembangkitan Listrik dengan Biomassa

Latest

- Advertisement -spot_img

PT PLN (Persero) terus mengurangi ketergantungan pada batu bara dalam pembangkitan listrik.

Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan biomassa dari berbagai jenis.

Langkah ini dilakukan untuk pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dan memasifkan penggunaan sumber energi bersih.

Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan Indonesia memiliki target untuk mencapai carbon neutral. Di sisi lain energi fosil juga akan habis.

Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan saat ini PLN sudah memanfatkan bioenergi di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) melalui teknologi cofiring.

Melalui teknologi ini, PLN tak hanya mengurangi angka ketergantungan akan batu bara tetapi juga menghasilkan energi yang lebih bersih.

“Cofiring merupakan sebuah teknologi substitusi batubara dengan bahan bakar biomassa yang bersumber dari tanaman energi, limbah perkebunan, limbah pertanian, limbah pertukangan, bahkan hingga sampah domestik,” ujar Wiluyo saat seminar “Peningkatan Bauran EBT 23% melalui Keberlanjutan Pasokan Bahan Bakar Cofiring dan Pembangkit Bioenergi”, Kamis 30 Juni 2022.

Dari Program cofiring tersebut, PLN telah menghasilkan energi hijau hingga 487 MWh di mana pencapaian tahun 2021 sebesar 269 MWh dan hingga Mei tahun 2022 sebesar 218 MWh.

Hingga Mei, PLN mengimplementasikan teknologi ini di 32 PLTU di seluruh Indonesia.

“Pencapaian ini menjadi bukti keseriusan PLN mendukung Pemerintah dalam percepatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) menuju target 23% di tahun 2025,” ujar Wiluyo.

Dalam pelaksanaan cofiring, PLN Grup telah membangun rantai pasok penyediaan bahan baku biomasa melalui pendampingan, pengembangan, pembudidayaan tanaman energi, limbah antara lain serbuk kayu atau sawdust, woodchip, bonggol jagung dan solid recovered fuel (SRF) dari sampah, untuk siap digunakan sebagai bahan baku biomasa cofiring.

“Di mana kebutuhan akan biomassa ini membutuhkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah maupun tanaman energi sebagai bahan baku biomassa tersebut,” tambah Wiluyo.

Untuk tahun 2022 diperkirakan kebutuhan biomassa untuk bahan bakar cofiring mencapai 450.000 ton dan hingga 2023 naik 5 kali menjadi 2,2 Juta ton dari berbagai jenis biomassa.

Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, PLN telah mendapat kepastian pasokan dari sinergi BUMN, Pemerintah Daerah, bahkan hingga pihak swasta.

“Tentunya, upaya ini juga sesuai dengan pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 1 tanpa kemiskinan, 3 kehidupan sehat dan sejahtera, 7 energi yang bersih dan terjangkau, 8 pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta 13 memerangi perubahan iklim dan dampaknya,” kata Wiluyo. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles