Pemberdayaan masyarakat bisa menjadi salah satu solusi permanen dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Lewat kegiatan itu, masyarakat diperkenalkan dengan pengolahan lahan tanpa bakar dan pertanian ramah lingkungan sehingga bisa menekan potensi munculnya titik api.
Kepala Sub Direktorat Pencegahan Karhutla KLHK Anis Susanti Aliati mengatakan sejak bencana karhutla pada tahun 2015, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan perubahan paradigma dalam pengendalian karhutla.
“Tidak lagi pada pemadaman tapi pada pencegahan,” katanya dalam Webinar ‘Solusi permanen pencegahan (Mitigasi) sekaligus penanganan karhutla di Riau’, Selasa 16 Juni 2022.
Untuk itu, dalam pengendalian karhutla Kementerian LHK strategi melalui pendekatan analisis, pengendalian operasional dan pengelolaan landscape.
“Sebagai langkah antisipasi Kementerian LHK mendorong pemerintah daerah yang daerahnya rawan karhutla, untuk meningkatkan patroli pencegahan. Dilakukan baik secara mandiri dari instansinya, maupun secara terpadu dengan melibatkan semua unsur sampai ke tingkat masyarakat,” kata Anis Susanti.
Koordinator Wilayah (Korwil) Manggala Agni Riau Edwin Putra menyampaikan, pihaknya sejauh ini telah melakukan upaya-upaya pencegahan seperti sosialisasi kepada pihak perusahaan yang beroperasi di Riau.
Bahkan sosialisasi dilakukan di tingkat masyarakat tentang bahaya membakar lahan dan hutan.
“Sebab, masyarakat jika awam tentang karhutla mereka berpotensi melakukan tindakan pembakaran secara sadar atau tidak sengaja. Tugas kita minimal harus bisa mengendalikan karhutla ini,” katanya.
Untuk pengendalian Karhutla, salah satu perusahaan yang beroperasi di Riau yaitu PT Arara Abadi APP Sinar Mas menyediakan peralatan canggih hingga helikopter water boombing.
PT Arara Abadi APP Sinar Mas juga melaksanakan program Desa Mandiri Peduli Api (DMPA). Lewat program ini, masyarakat petani dibimbing untuk melakukan pengolahan lahan tanpa bakar dan pertanian ramah lingkungan.
Herman salah satu petani dari Pinang Sebatang Barat Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak yang sudah bergabung dalam DMPA sejak tahun 2018 menceritakan pengalamannya.
Herman mengaku memiliki lahan seluas 2 hektare yang dimanfaatkan untuk berkebun sawit. Dahulu, dia memilih cara untuk membakar untuk membersihkan lahannya agar biaya dan operasionalnya jauh lebih murah dan mudah.
“Tahun 2015 sebelum saya bekerja sama dengan Arara Abadi, saya membersihkan lahan saya dengan cara membakar. Waktu itu saya tidak tahu aturan yang penting saya bisa menanam sawit,” papar Herman.
Apalagi sepengetahuannya, membakar bisa meningkatkan kualitas lahan. Ternyata, pemahaman itu salah. Kualitas lahan yang dibakar justru terus turun seiring waktu. Sudah begitu asap pembakaran pun berdampak buruk pada kualitas udara.
“Dulu kami membakar karena memang murah, tapi ternyata hasilnya hanya bulan-bulan pertama saja tanahnya bagus. Setelah itu tanaman tidak bagus karena ternyata berkurang kadar haranya,” sebut dia.
Setelah itu, datang penyuluhan dari PT Arara Abadi APP Sinarmas untuk program DMPA. Herman pun kemudian beralih komoditas dan menjadi petani hortikultura.
Dari bertani sawit yang hanya menghasilkan Rp4 juta per bulan, dia berbalik haluan menjadi petani Bayam dan Kangkung yang bisa memperoleh omset hingga Rp40 juta per bulan.
“Jadi bersih setiap bulan saya dapat keuntungan Rp20 juta sampai Rp23 juta. Kini berkat perkembangan usaha saya, saya dapat membeli lahan di sekitar areal saya,” tambahnya. ***