Aksi-aksi mitigasi dan adaptasi Indonesia yang dipaparkan di Paviliun Indonesia selama Konferensi Perubahan Iklim COP26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, menarik lebih dari 10.000 pengunjung.
Melibatkan 422 pembicara, Paviliun Indonesia membawa misi soft diplomacy untuk mendukung negosiasi Indonesia di meja perundingan COP26 UNFCCC.
“Ada lebih dari 3000 orang peserta yang hadir secara langsung dan 7.163 lainnya bergabung secara online,” kata Ketua Paviliun Indonesia Agus Justianto, di Glasgow, Jumat 12 November 2021.
Paviliun Indonesia berlangsung selama dua pekan penyelenggaraan COP26 UNFCCC. Paviliun Indonesia dibuka pada 1 November dan ditutup pada 12 November 2021. Penyelenggaraan paviliun dilakukan secara offline dan online di Glasgow dan Jakarta sebagai respons dari protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Paviliun Indonesia menunjukkan kepada dunia praktik terbaik bagaimana melibatkan semua pihak untuk bekerja sama dalam pengendalian perubahan iklim. Mulai dari pemerintah, LSM, swasta, dan masyarakat di tingkat pengambil kebijakan hingga di tingkat tapak.
“Paviliun Indonesia menyuarakan aksi, strategi, dan inovasi Indonesia kepada komunitas Internasional untuk terlibat dalam upaya global menjaga kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 1,5 derajat celcius,” kata Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Inggris Desra Percaya.
Diantara yang dipaparkan adalah komitmen Indonesia untuk mencapai Net Sink FoLU pada tahun 2030. Net Sink FoLU berarti penyerapan lebih tinggi dibanding emisi gas rumah kaca (GRK) pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan.
Sektor kehutanan dan lahan sendiri berperan hingga 60 persen dari komitmen Indonesia untuk mencapai penurunan emisi GRK pada tahun 2030 sebesar 41 persen dari bussines as usual dengan dukungan Internasional.
Desra menyatakan, Indonesia telah memiliki banyak pengalaman dan pembelajaran untuk mereduksi emisi GRK dari sektor kehutanan dan lahan, kerja sama dengan berbagai pihak secara luas dan dukungan teknis dari komunitas Internasional.
“Target Net Sink FoLU dirancang berdasarkan pengalaman dan pembelajaran Indonesia mengendalikan kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan gambut, penghentian izin baru, pelibatan masyarakat dan penegakan hukum,” kata Desra.
Selain Net Sink FoLU, Indonesia juga memaparkan pengembangan carbon pricing sebagai upaya peningkatan pencarian solusi berbasis kelestarian alam, upaya pengurangan emisi dari sektor energi, isu gender dalam perubahan iklim, gerakan generasi muda, ekonomi sirkular, dan banyak aksi strategi lainnya.
Desra menyatakan berbagai isu yang di bahas di Paviliun Indonesia adalah penting untuk mencari solusi bersama menghadapi perubahan iklim.
Menurut Desra penyelenggaraan Paviliun Indonesia di COP26 UNFCCC memang telah berakhir.
“Namun diskusi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengendalian perubahan iklim harus dilanjutkan untuk upaya bersama mencegah bencana perubahan iklim,” katanya. ***