Manusia berlomba untuk mendarat kembali di Bulan sejak pertama kali Astronaut AS, Neil Amstrong menjejakkan kaki di Bulan tahun 1969 lalu. Tiongkok bahkan mentargetkan mendaratkan manusia pertama di Planet Mars pada tahun 2035 nanti.
Ternyata, selain eksplorasi Ruang Angkasa, masih banyak misteri di dasar laut Bumi kita yang belum dieksplorasi. Terlebih di wilayah teritori laut Kepulauan Nusantara yang sangat unik. Di sela Pertemuan KTT G-20 di Bali, November 2022 lalu, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi menandatangani kerjasama dengan OceanX, sebuah Yayasan Filantropi dari AS, untuk mengeksplorasi laut dalam Nusantara menggunakan kapal riset modern OceanXplorer, salah satu kapal riset paling canggih di Dunia.
Kemenko Marvest lalu menugasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menyiapkan program dan para pakar kelautan Indonesia guna bergabung dalam OceanXplorer. Proposal riset disusun oleh para ahli kelautan Indonesia sendiri. Setelah disepakati maka dirancang rute pelayaran OceanXplorer di perairan Indonesia, kurun Mei – Agustus 2024.
Lima Segmen rute survei laut disepakati antara Pemerintah RI dengan OceanX. Pertama, Rute 1 yaitu Riset Perairan Pulau Sumatera Bagian Utara (Banda Aceh) untuk mengamati Sumber Tsunami 2004 dan Zona Megathrust. Rute 1 dipimpin ahli Indonesia Dr Haekal Haridhi .
Route 2 dipimpin Ir Taufik Wiguna MSc dengan topik Biodiversitas dan Oseanografi Barat Laut Sumatra – Lepas Pantai Padang. Rute 3 dipimpin Profesor Agus Atmadipura dengan Topik Biodiversitas dan Oseanografi Barat Daya Sumatera– Lepas Pantai Lampung.
Kemudian Rute 4 dikhususkan untuk Para Explorer Muda, melaksanakan riset di Perairan Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Terakhir Rute 5 akan meneliti ikan purba Coelacanth dan Biodiversitas di perairan Sulawesi Utara, pada Agustus 2024.
OceanXplorer memang kapal riset canggih, dilengkapi dengan peralatan survei teknologi mutakhir. Diantara nya dua kapal selam ber-awak yang dapat menyelam hingga 1,000-meter, diberi nama Neptune untuk kegiatan riset laut dalam dan kapal selam bernama Nadir yang dilengkapi sarana kamera dan multi-media canggih guna dipakai untuk pembuatan film bawah laut.
Kemudian ada peralatan Remotely Operated Vehicle (ROV), atau robot tanpa awak, yang mampu menyelam hingga hingga 6.000-meter, dilengkapi peralatan untuk mengambil sampel di dasar laut, juga membawa kamera. Disamping itu, kapal memiliki Laboratorium riset mutakhir untuk melakukan next-gen DNA sequencing, tersedia peralatan untuk pemetaan akustik lengkap, juga peralatan untuk analisis konduktiviti, temperatur dan kedalaman (CTD). Kapal riset, yang mulai beroperasi sejak tahun 2020 lalu itu, juga dilengkapi sebuah helikopter.
Sementara RV OceanXplorer, yang dirancang Mark Dalio dan Vincent Piergone, memiliki misi mulia, yaitu: “To support scientists to explore the ocean and to bring it back to the world through captivating media”.
Para ilmuwan dipersilakan mengeksplorasi dalamnya lautan, namun awak media OceanXplorer juga mengabadikan suasana bawah laut dengan kamera, video serta sistem multi media lainnya guna ditayangkan bagi kemaslahatan umat manusia. Tidak tanggung tanggung, rancang-bangun sistem multi-medianya disupervisi khusus oleh sutradara film terkenal, Richard Attenborough.
Rute 1, berlangsung pada 7 – 23 Mei 2024, dimulai dari Pulau Sambu di Provinsi Kepulauan Riau, berlayar ke Utara, sepanjang Selat Malaka, berputar di perairan Pulau Weh dan Kota Sabang, Aceh, lalu mengarah ke Selatan sepanjang Samudera Hindia Barat Sumatera dan berakhir di Padang, Sumatera Barat.
Sebanyak 13 ilmuwan kelautan Indonesia berpartisipasi pada jalur Route 1 ini. Mereka terdiri dari 9 pria dan 4 perempuan yang berasal dari BRIN, ITB, Universitas Syah Kuala – Banda Aceh, Pusat Hidro-Oseanografi TNI-AL, IPB-Bogor dan Kementerian Pertahanan.
Pada Diskusi Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu 17 Juli 2024, Dr. Marina C.G.Frederik, salah satu ilmuwan kelautan dari BRIN peserta Ekspedisi OceanXplorer, memaparkan temuan awal Ekspedisi OceanXplorer Route 1 jalur Pulau Sambu – Selat Malaka – Perairan Pulau Weh dan Samudera Hindia Barat Sumatera dan berakhir di Padang.
Dalam Diskusi yang dipandu Dr Idwan Soehardi, Ketua Komite Teknologi Kebencanaan CTIS, yang juga Mantan Deputi Menteri Ristek itu, Marina yang Doktor Alumnus University of Texas – Austin, USA, memaparkan tentang kondisi bawah laut wilayah perairan Aceh pasca Tsunami 2004, yang memperlihatkan bahwa dasar laut Aceh masih ditutupi lumpur yang berwarna hitam akibat tsunami 2004.
Ia juga berkesempatan mengadakan survey di cekungan Mergui, cekungan Weh dan cekungan Simelue, termasuk revisi peta-peta batimetri, atau peta peta kedalaman laut, untuk mendukung navigasi pelayaran. Ekspedisi OceanXplorer telah berhasil memetakan 231 kilometer-persegi dasar laut di Selat Malaka, memetakan 872 Kilometer-Persegi dasar laut cekungan Merqui dan memetakan 1525 Kilometer-Persegi dasar laut cekungan Weh. Marina dan rekan puterinya, Mutia Ramadhaniaty dari Universitas Syah Kuala – Banda Aceh, juga berhasil menyelam hingga kedalaman 700 meter di Samudera Hindia – Barat Sumatera.
Keduanya menyelam menggunakan kapal selam mini yang berbeda, Marina menggunakan Kapal Selam Neptune yang dilengkapi peralatan riset, sedang Mutia menumpang kapal selam Nadir yang berfungsi membuat rekaman video dan film. Dua kapal selam tadi menyelam bersama-sama dan saling berdampingan.
Mereka berhasil merekam biota laut dikedalaman 700 meter, yang hidup tanpa pernah melihat sinar matahari dan sebagian besar biota laut tadi bermata besar dan bermulut besar guna menangkap makanan dari atas. Nyala lampu kapal selam membuat biota-biota laut menari-nari disekitar kapal selam, karena ini untuk pertama kalinya mahluk hidup warna-warni tadi melihat cahaya. “Sungguh menakjubkan”, kesan Marina.
Ia juga menemukan semburan gas hidrotermal dan gas metana di dasar laut. Biota-biota laut tadi juga bisa hidup dengan mengambil nutrisi dari gas yang menyembur. Marina dan Mutia memang bukan dua perempuan oseanografer Indonesia yang pernah menyelam terdalam di dasar samudera. Rekor ini dipegang oleh dua perempuan oseanografer sebelumnya dari BRIN dan dari Universitas Hang Tuah, Surabaya, yang berhasil menyelam hingga kedalaman 7000 meter di Palung Jawa, pada April 2024 lalu menggunakan kapal selam riset milik Tiongkok. Tapi untuk rekor terlama menyelam di kedalaman laut 700 meter, tampaknya dimiliki oleh Marina dan Mutia, karena mereka mampu menyelam hingga 6 jam. ***