Jumat, 26 Juli 2024

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, Indonesia Genjot Inovasi Pemanfaatan Bioenergi

Latest

- Advertisement -spot_img

Indonesia memiliki berbagai potensi bioenergi yang bisa dioptimalkan untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebagai bagian dari aksi iklim.

Demikian terungkap dalam sesi diskusi panel bertajuk “Bioenergy Innovations: Robust Solutions for Sustainable Energy Future” yang digelar di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC, Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu, 3 Desember, 2023.

Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro menjelaskan salah satu GRK yang paling berdampak pada perubahan iklim adalah metana. Gas metana organik banyak dihasilkan dari dekomposisi sampah organik dan industri pertanian.

_________

“Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi metana seperti dinyatakan dalam dokumen Nationally Determined Contribution, (NDC),” katanya.

Menurut dia, metana organik sesungguhnya potensial untuk dimanfaatkan sebagai bioenergi. Pemerintah Indonesia pun membuka peluang kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi tersebut sebagai bagian dari aksi iklim.

“Potensinya mulai dari TPA Sampah, limbah cair kelapa sawit, sisa makanan, hingga kegiatan peternakan,” katanya.

Menurut Sigit, saat ini ada 1.081 unit Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sampah di Indonesia. Beberapa diantaranya telah melakukan inovasi dan mengimplementasikan teknologi penangkapan gas metana yang dimanfaatkan sebagai energi biogas energi untuk keperluan memasak bagi warga sekitar.

Sigit menyatakan, beberapa inovasi pemanfaatan biogas di TPA telah dilakukan melalui kolaborasi dengan pihak swasta dan siap direplikasi ke tempat lain.

Inovasi lain yang yang juga berkembang adalah pemanfaatan limbah cair kelapa sawit (POME) sebagai sumber biogas.

Sigit mengungkapkan pada periode 2019-2020, ada 20 perusahaan yang mengembangkan pemanfaatan POME yang berdampak pada ketersediaan energi biogas dan pengurangan emisi GRK hingga 109.780,16 ton setara karbon dioksida (CO2e).

Sementara itu Senior Vice President Research and Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza menjelaskan aksi-aksi yang dilakukan Pertamina dalam mendukung transisi dengan memanfaatkan bioenergi.

Menurut dia, sebagai negara yang kaya akan sinar matahari dan sumber daya air, bioenergi adalah keunggulan bagi Indonesia dalam proses transisi energi menuju energi bersih.

“Salah satu contoh sukses adalah pengembangan biodisel,” kata Oki.

Pengembangan biodisel dilakukan dengan mencampurkan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) dari minyak sawit. Saat ini biodisel mix telah mencapai 35%. Menurut Oki, Pertamina telah memiliki sejumlah kilang hijau (Green Refinery) yang andal dalam memproduksi biodisel dan biofuel.

Lebih jauh, Pertamina saat ini juga sedang mengembangkan Sustainable Aviation Fuel yaitu bahan bakar pesawat berbahan baku minyak inti kelapa sawit. ***

More Articles