Selasa, 3 Desember 2024

Museum Berbenah Pasca Covid-19, Pengelola Makin Kreatif dan Inovatif

Latest

- Advertisement -spot_img

Selalu ada hikmah dibalik musibah. Ini juga berlaku di dunia permuseuman di Tanah Air. Betapa tidak, sejak pandemi Covid 19 melanda,  banyak museum berbenah diri dan kini tampil dengan kondisi yang jauh lebih siap, baik dari segi standar pelayanan maupun sarana dan infrastruktur pendukungnya.

“Salah satu hikmah pandemi bagi kami adalah museum menjadi lebih kreatif dan inovatif, khususnya dalam melahirkan program-program berbasis media sosial-internet,” ujar DS Nugrahani, MA Kepala Pengelola Museum UGM di Yogyakarta dalam pernyataannya, Selasa, 14 November 2023.

Baru-baru ini Mueum UGM meluncurkan MAG+ atau Museum Automatic Guide Plus,berupa aplikasi berbasis web development for user interface. Melalui aplikasi ini, pengguna dapat memakai perangkat digital, misal ponsel pintarnya, untuk mengakses informasi tentang koleksi yang dipamerkan di Museum UGM melalui pemindai QRcode yang disematkan pada setiap koleksi.

MAG+ memiliki kelebihan dapat menyediakan informasi tanpa batas, yang dikembangkan mulai dari deskripsi  koleksi bilingual dalam bentuk narasi verbal dan audio, penjelasan komprehensif tentang koleksi baik secara naratif, video dan/atau animasi,  riset   terkait dengan koleksi yang bersangkutan, hingga link publikasinya.

Dengan begitu, MAG+ dapat pula dikembangkan menjadi digital library. Pengunjung Museum UGM bisa menggunakan pemindai  QRcode  untuk mengakses informasi sesuai kebutuhannya,  baik informasi dasarmaupun informasi yang komprehensif.

Tampaknya masa pandemi telah melahirkan kreativitas dan inovasi bagi museum. Banyak museum yang melakukan penataan koleksi maupun mengembangkan sarana dan program yang lebih sesuai dengan tuntutan kebutuhan pengunjung.

Hal ini juga diakui pengelola Museum Rumah Atsiri Indonesia di Tawangmangu, Jawa Tengah. “Adanya pandemi memberikan waktu bagi Rumah Atsiri untuk mengembangkan core content dan program yang lebih baik, khususnya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan strorytelling para edukator museum,” ujar Venti Wijayanti, Head of Guest Relations and Services Museum Rumah Atsiri Indonesia.

Di Museum Sultan Sulaiman Badrulalamsyah, Kepulauan Riau, masa pandemi juga dimanfaatkan untuk berbenah diri dengan memfokuskan pada pengelolaan koleksi dan melengkapi sarana dan prasarana museum.

“Kami fokus melaksanakan penataan dan penyajian koleksi yang lebih menarik, diikuti informasi tentang koleksi yang lebih lengkap,” ujar Iza Sylvia, kurator di MuseumSultan Sulaiman Badrulalamsyah, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau.

Kesadaran untuk berbenah diri itu sebenarnya juga didasari oleh munculnya sejumlah pesaing museum, berupa destinasi kunjungan wisata yang juga banyak bertumbuh pasca pandemi. Hal ini menyebabkan museum harus melakukan penataan, baik sarana dan prasarana, koleksi maupun layanannya. Seperti diakui oleh RM Donny Surya Megananda, Kepala Museum Wayang Kekayon, Yogyakarta. “Masyarakat tentu memilih yang lebih baik, lebih menyenangkan, dan, syukur-syukur gratis,  dalam memilih destinasi wisata, termasuk museum yang akan dikunjunginya,” ujarnya. 

“Museum harus pandai mengatur diri  serta berbenah walau dukungan sumber daya sangat minim, bahkan nyaris tak ada dukungan pemerintah jika menyangkut museum swasta,” ujar Donny dengan nada prihatin menyinggung kepedulian pemerintah yang minim terhadap museum swasta.

Dengan melakukan penataan dan berbenah diri itu,kini memang terasa banyak perubahan yang cukup berarti bagi museum. Salah satunya jumlah pengunjung museum yang meningkat cukup signifikan.

“Meningkatnya jumlah pengunjung ini juga  dampak dari meningkatnya aktivitas museum melalui media sosial yang gencar dilakukan museum UGM selama pandemi,” ujar DS Nugrahani tentang meningkatnya jumlah kunjungan museum sebagai dampak pembenahan yang dilakukan pasca pandemi.

Hal ini juga diakui oleh pengelola Museum AK Gani, Sumatera Selatan, Priyanti Gani.  Ia mengaku pasca pandemi jumlah kunjungan ke Museum AK Gani meningkat signifikan, yang disebabkan meningkatnya upaya promosi melalui media sosial yang dilakukannya.

Aji Wahyu, Kepala Museum Kesehatan Jiwa Lawang di Jawa Timur, bahkan berharap agar gedung Museum dapat diperluas guna menampung koleksi dan pengunjung yang lebih banyak lagi, karena gedung yang ada sekarang sudah terlalu kecil.  

_________

Hal yang sama juga terjadi di Museum Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan. “Pengunjung ke museum ini meningkat, apalagi dengan adanya program Merdeka Belajar, hampir seluruh sekolah, baik dari tingkat SD sampai SLTA datang ke museum,” ujar Raudatul Alpahah, kurator Museum Lambung Mangkurat.

Agaknya, selalu ada hikmah dibalik musibah. Museum jadi seolah dipaksa  berbenah diri untuk menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman.

Semua perkembangan museum di Indonesia itu akan dipotret dalam perhelatan Indonesia Museum Awards2023, yang menjadi barometer perkembangan permuseuman di Tanah Air.  Indonesia Museum Award  2023  akan digelar pada Sabtu 18 November 2023, pukul 13.00,  di Perpustakaan Nasional Jakarta, digabung dengan Live Streaming dari Komunitas Jelajah. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles