Pada 8 Januari 1996, terjadi penyanderaan 11 orang peneliti Ekspedisi Lorentz oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik di Mapenduma, Irian Jaya.
Danjen Kopassus, Brigjen Prabowo Subianto segera mengontak sahabatnya, Ir.Teddy Kardin, insinyur geologi lapangan lulusan ITB Bandung yang sangat menguasai ilmu geomorfologi, termasuk pembuatan Peta Navigasi di hutan tropis.
Brigjen Prabowo mengajak rekannya ini untuk terbang ke Mapenduma guna bergabung dengan satuan Kopassus TNI-AD, Batalyon 328 Kostrad dan Batalyon 330 Kostrad untuk operasi penyelamatan sandera.
Para peneliti yang disandera ini tidak hanya Warga Negara Indonesia, namun juga datang dari mancanegara. Sudah tentu, satuan satuan elite asing juga bergabung dengan satuan TNI untuk menyelamatkan sandera tadi.
Teddy ingat bahwa Perusahaan Freeport yang beroperasi di Timika memiliki citra Side-Looking Airborne Radar (SLAR). Data SLAR dihimpun dan dari data tadi bisa dibuat peta geomorfologi dan peta navigasi skala 1:50.000.
Dari Peta tadi digelar analisis tentang prakirakan arah pergerakan para sandera yang digiring OPM. Terjadi debat seru. Teddy memperkirakan bahwa para sandera akan digiring menyusuri sungai ke arah selatan, apalagi ada sandera yang sedang hamil. Sementara para perwira dari satuan elite Special Air Services (SAS) Inggris memperkirakan pergerakan ke arah Utara.
Akhirnya disepakati, prakiraan sandera digiring ke arah Selatan. Satuan Batalyon 328 dan Batalyon 330 disebar untuk mencegat rombongan sandera yang digiring OPM tadi. Ternyata prakiraan Teddy benar dan pada 15 Mei 1996, satuan TNI berhasil mencegat rombongan sandera, terjadi tembak menembak dan akhirnya 10 dari 12 peneliti Ekspedisi Lorentz berhasil diselamatkan.
Perkenalan Teddy dengan Mayor Prabowo berawal tahun 1988, saat Prabowo akan berangkat Operasi ke Timor Timur dengan Pasukan Batalyon 328 Kostrad, memerlukan seorang ahli navigasi dan pencari jejak.
Teddy Kardin yang sudah bertahun tahun mengadakan eksplorasi migas di Kalimantan Timur diperkenalkan musisi BIMBO, Iwan Abdurachman, yang sama-sama Anggota Pendaki Gunung dan Penempuh Rimba WANADRI, kepada Prabowo.
Teddy sepakat untuk bergabung dengan satuan Prabowo ke Timor Timur setelah kontrak dengan Perusahaan Migas selesai. Dua bulan kemudian, Teddy bergabung dengan Satuan Batalyon 328 KOSTRAD beroperasi di Timor Timur. Ia membawa lima anak buahnya dari suku Dayak Punan Kalimantan Timur. Teddy sangat dicintai oleh warga Dayak di Kalimantan dan pada tahun 1982 menjadi anak angkat kepala Suku Dayak Penihing.
Anak buah Teddy dari Suku Dayak Punan sangat ahli dalam mencari jejak, dari informasi makanan yang dimakan musuh, dari keringat musuh, juga dari jejak langkah musuh di hutan Timtim.
Digabung dengan ilmu geomorfologi dan teknik navigasi yang diperoleh Teddy di ITB, maka gabungan kearifan lokal dan teknologi modern dapat membantu operasi Batalyon 328 Kostrad saat Operasi di Timor Timur dan berakhir dengan sukses membawa banyak pucuk senjata musuh yang disita.
Ilmu yang Teddy peroleh dan berhasil diterapkan di berbagai medan operasi kemudian dirangkum menjadi kurikulum pendidikan latihan pasukan khusus Indonesia. Ilmu tadi diberi nama Sanjak atau pengesan jejak, yaitu cara bagaimana bernavigasi di hutan lebat tropis, memanfaatkan sarana lokal, agar dapat bertahan hidup dan bisa memenangkan pertempuran.
Brevet Sanjak disematkan kepada para prajurit yang berhasil lulus Diklat Sanjak. Satuan Kopassus TNI-AD, Satuan Infanteri TNI-AD, Satuan Kopasgat TNI-AU, Satuan Marinir TNI-AL dan Brimob Polri sudah banyak yang memiliki Brevet Sanjak ini. Bahkan Pasukan Khusus, US Army, The Green Berret, juga minta diajari ilmu Sanjak ini dari Teddy Kardin.
Atas Jasa jasanya kepada Bangsa dan Negara, maka pada 1997 Danjen Kopassus Mayjen Prabowo Subianto mengangkat Ir. Teddy Kardin sebagai Warga Kehormatan Korps Baret Merah, Kopassus TNI-AD. Sedang Korps Marinir TNI-AL mengusulkan kepada Presiden RI untuk menganugerahkan Satya Lencana Dharma Nusa yang merupakan Penghormatan kepada Ir. Teddy Kardin, yang telah melaksanakan operasi Pemulihan keamanan di Indonesia secara terus menerus maupun tidak terus menerus.
Memperingati setengah abad mereka memulai kuliah di kampus ITB, Bandung, para Alumni Teknik Geologi ITB “GEA” Angkatan 1973 menggelar acara Reuni Alumni, Sabtu. 17 Juni 2023. Mereka juga sepakat untuk mendukung penyusunan Buku salah satu alumni senior mereka, Ir.Teddy Kardin, Alumnus Teknik Geologi ITB Angkatan 1971, yang memiliki pengalaman karir yang khas dan tidak dipunyai oleh para alumni geologi lain di seluruh Indonesia. Buku yang berjudul The Shadow Knight dijadwalkan akan diluncurkan pada 17 Agustus 2023.
Salah satu inisiator penulisan Buku, Dr. Idwan Soehardi, yang juga mantan Deputi Menteri Ristek menegaskan, apa yang disumbangkan Rekan Teddy Kardin untuk perjuangan tegak berdirinya NKRI dilaksanakan tanpa pamrih. “Walaupun ia bukan seorang militer, namun nampaknya darah pejuang mengalir dalam dirinya, yang merupakan warisan sang ayah yang juga mantan prajurit Pembela Tanah Air (PETA),” katanya. ***