Senin, 2 Desember 2024

Indonesia Akselerasi Pemanfaatan Geothermal untuk Hasilkan Energi Bersih

Latest

- Advertisement -spot_img

Indonesia mengakselerasi pemanfaatan geothermal sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) untuk menghasilkan energi bersih sebagai bagian dari pengurangan emisi gas rumah kaca sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Kita mau mengoptimalkan 100% potensi geothermal,” kata Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eniya Listiani saat memberi pidato kunci pada diskusi bertajuk “Energy Transition: Innovation, Sustainability Approaches, and Initiative to Achieve Indonesia’s Climate Goals” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Rabu, 13 November 2024.

Seusai kebijakan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah Indonesia akan mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk geothermal. Potensi geothermal Indonesia mencapai 23.591 MW yang tersebar di 362 lokasi. Sementara pemanfaatannya saat ini baru sebesar 2.597 MW. 

Eniya mengatakan, Indonesia memiliki potensi geothermal yang besar karena berada di wilayah “Ring of Fire” dengan banyak gunung api. “Potensi geothermal juga sangat besar di Pulau Sulawesi dimana Indonesia sedang mendorong hilirisasi mineral. Pemanfaatan geothermal diharapkan bisa menggantikan penggunaan batubara dalam proses hilirisasi,” katanya

Saat ini sejumlah proyek pembangkit listrik geothermal sedang dalam penyelesaian. Sampai tahun 2029 mendatang, kata Eniya, ada ada tambahan 1.190 MW PLTP di Indonesia.

Dia mengundang investor untuk berbondong-bondong mengembangkan pembangkit listrik geothermal.  Pemerintah, katanya, telah memberi sejumlah insentif yang menarik bagi investor.  Salah satunya adalah dengan adanya Peraturan Menteri No 11 Tahun 2024 yang mengatur tentang TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).

“Berdasarkan ketentuan yang baru, TKDN memiliki cakupan yang lebih luas termasuk keterlibatan tenaga kerja,” kata Eniya.

Selain itu, pemerintah kini juga terlibat untuk melakukan pengeboran geothermal dengan biaya pemerintah. Hal ini akan mengurangi risiko bisnis investor karena potensi panas bumi yang ada di lokasi tersebut sudah diketahui. “Butuh tambahan investasi setidaknya 55 miliar dolar AS untuk mengoptimalkan geothermal di Indonesia,” kata Eniya.

Dia menekankan bahwa geothermal bersama dengan EBT lainnya memiliki peran penting dalam aksi iklim Indonesia. Dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC), sektor energi berkontribusi pada pengurangan emisi sebanyak 358 juta ton CO2, dimana 181,45 juta ton CO2 diantaranya berasal dari pemanfaatan EBT.

Sementara itu  Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE ) Julfi Hadi mengatakan, pihaknya mentargetkan kapasitas PLTP yang dikelola mencapai 1 GW alam 2-3 tahun mendatang. “Kapasitas pembangkitan PGE akan terus meningkat hingga mencapai 1,5 GW pada tahun 2030,” katanya.

Julfi memaparkan,  langkah langkah yang dilakukan PGE untuk mencapai target tersebut diantaranya adalah dengan memanfaatkan teknologi terbaru, misalnya untuk pemanfaatan Electrical Submersible Pump.  Di satu sisi, PGE juga terus meningkatkan kapabilitas domestik dalam memanfaatkan berbagai teknologi terbaru.

“PGE juga mengakselerasi potensi ekonomi misalnya dengan perdagangan kredit karbon dari PLTP,” katanya. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles