Duta Besar Indroyono Soesilo mengadakan pertemuan yang produktif dengan delegasi Indonesia dari Kementerian ESDM dan Pertamina, yang tengah berada di Amerika Serikat untuk menghadiri Global Bioethanol Summit 2025 dan dilanjutkan mengunjungi Missouri untuk bertemu perusahaan-perusahaan AS di bidang Biofuel.
Delegasi dipimpin Direktur Bioenergi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Edi Wibowo, serta Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) John Anis.
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Indroyono mendorong delegasi Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan AS dalam pengembangan biofuel, melalui peningkatan jaringan rantai pasok dan investasi.
“Kita juga dapat belajar dari Amerika mengenai keunggulan teknologi, riset, serta pengembangan SDM mereka” ujar Dubes Indroyono.
Pertemuan tersebut juga dilanjutkan dengan diskusi antara delegasi dan Konsulat JenderalRepublik Indonesia di Amerika Serikat guna menjajaki potensi kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di AS.
AS merupakan sebagai salah satu negara paling maju dalam pengembangan biofuel, terutama bioetanol berbasis jagung, memiliki keahlian dan pengalaman yang dapat menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia.
Dalam hal ini, AS memiliki varietas jagung yang dimodifikasi secara genetik (GMO) dan diproduksi secara masif khusus untuk produksi ethanol. Penggunaan biofuel di AS juga sudah menjadi standar, E10 untuk bensin dan B2-B20 untuk biodiesel.
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi besar di berbagai daerah untuk memproduksi bioenergi dari beragam bahan baku seperti jagung, tebu, ubi, aren, sorgum, batang sawit tua dan tandan sawit kosong.
Penguatan kerja sama serta pembelajaran dari pengalaman AS akan mendukung upaya Indonesia untuk meningkatkan pemanfaatan biofuel dan mempercepat transisi energi nasional.
John Anis sampaikan “Pertamina NRE sedang membangun pabrik bioetanol di Glenmore, Jawa Timur dan berencana membangun 5-6 lagi untuk mencukupi target kebutuhan nasional.”
Saat ini, Indonesia telah berhasil mencapai campuran biodiesel sebesar 40% (B40) yang menggunakan minyak sawit dan menargetkan penerapan campuran bahan bakar etanol sebesar10% (E10) pada tahun 2027.
Selain itu, Indonesia juga telah memulai uji coba produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan campuran berbasis minyak sawit sebesar 1%.
Berbagai upaya ini mencerminkan komitmen kuat Indonesia untuk mencapai ketahanan energi, serta mendukung lingkungan yang lebih bersih dan ekonomi yang berkelanjutan.
***



