Ekspor produk industri kehutanan mencapai 6,7 miliar dolar AS pada periode Januari-Juni atau semester pertama tahun 2023.
Capaian tersebut memang menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2022 dimana nilai ekspor mencapai 7,03 miliar dolar AS yang berarti ada penurunan 4,7% secara Year on Year (YoY). Meski demikian, secara tren kinerja ekspor produk industri kehutanan justru sedang mencoba bangkit setelah di awal tahun sempat jatuh cukup dalam akibat kelesuan global.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diolah oleh Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI), ekspor produk kayu Indonesia pada semester pertama 2023 masih didominasi produk kertas, bubur kayu (pulp) dan wood panel (kayu lapis/plywood). Produk kertas mencatat nilai ekspor 2,24 miliar dolar AS, produk pulp mencapai 1,86 miliar dolar AS, dan panel kayu sebesar 1,23 miliar dolar AS.
Kayu lapis masih masuk tiga besar kontributor utama pada capaian ekspor meski secara nilai mengalami penurunan yang cukup tajam. Nilai ekspor produk kayu lapis mengalami penurunan sebesar 25,8% secara YoY dibandingkan nilai tahun 2022 yang sebesar 1,65 miliar dolar.
Selain kayu lapis, ekspor produk kayu lain pada semester pertama 20023 yang juga mengalami penurunan cukup tajam dan berpengaruh pada kinerja ekspor secara keseluruhan adalah furniture dengan nilai ekspor 748,8 juta dolar AS, turun 31,6% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 1,09 miliar dolar AS; dan ekspor kayu pertukangan (woodworking) dengan nilai ekspor 428,9 juta dolar AS atau turun 18,8% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 527,9 juta dolar AS.
Adanya penurunan nilai ekspor produk kayu tidak lepas dari lesunya pasar-pasar utama seperti Amerika Utara dan Uni Eropa. Nilai ekspor produk kayu ke kawasan Amerika Utara pada semester pertama 2023 sebesar 925,9 juta dolar AS, turun 36% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 1,45 miliar dolar AS. Sementara ekspor untuk pasar Uni Eropa tercatat sebesar 572,4 juta dolar AS, turun 13% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 660,2 juta dolar AS.
Sementara pasar Asia masih mampu menunjukkan pertumbuhan berkat kuatnya pasar China. Ekspor produk kayu Indonesia pada semester pertama 2023 ke kawasan Asia mencapai 4,6 miliar dolar AS atau naik 6% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 4,3 miliar dolar AS.
Geliat Bangkit
Meski secara keseluruhan pertumbuhan ekspor produk kayu pada semester pertama 2023 masih minus dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun secara tren justru terlihat geliat kebangkitan. Sebagai gambaran pada Januari 2023, pertumbuhan ekspor tercatat minus 10,5% YoY sementara pada Juni, pertumbuhan minus berhasil terpangkas menjadi 4,7% YoY.
Hal ini tidak lepas dari tumbuhnya pasar-pasar Non Tradisional. Pasar India menjadi salah satu yang paling berkembang dengan nilai ekspor produk kayu Indonesia pada semester pertama tahun 2023 mencapai 362,5 juta dolar AS, tumbuh 62% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 223,4 juta dolar AS.
Demikian juga pasar kawasan Afrika dimana nilai ekspor produk kayu Indonesia pada semester pertama 2023 mencapai 290,5 juta dolar AS, naik 31% YoY dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 221,4 juta dolar AS.
Upaya bangkit di tengah kelesuan pasar global ini tentu tak lepas dari upaya yang gencar yang dilakukan para pemangku kepentingan untuk melakukan diversifikasi pasar selain tetap mempertahankan pasar tradisional.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan bahwa negara tujuan utama ekspor produk industri kehutanan Indonesia diantaranya adalah China, Amerika Serikat, India, Jepang, dan Korea Selatan,.
Menurutnya, peningkatan kinerja ekspor produk industri kehutanan ke negara tujuan ekspor harus dilakukan secara sungguh-sungguh, tepat, dan sistematis.
- Kemendag Relaksasi Ekspor Produk Kayu S4S, E2E, dan E4, Berlaku Mulai 15 Juli 2023
- Tokyo Revisi Aturan Green Procurement Guide, Potensi Ekspor Produk Kehutanan Indonesia ke Jepang Meningkat
Peningkatan akses pasar penting dilakukan melalui penguatan fasilitasi dan informasi ekspor yang mencakup promosi ekspor, penjajakan bisnis (business matching), serta penguatan perdagangan di negara tujuan ekspor.
Perwakilan perdagangan yang tersebar di beberapa negara (Atase Perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center) dapat diberdayakan untuk mempromosikan komoditas ekspor Indonesia.
“Ke depan, upaya peningkatan ekspor khususnya pada produk pertanian dan kehutanan perlu dilakukan secara berkelanjutan oleh para pemangku kepentingan terkait, mengingat karakteristik yang dimiliki produk pertanian dan kehutanan Indonesia mendapat perhatian tersendiri dari pasar internasional,” pungkas Wamendag Jerry Sambuaga dalam pernyataannya Sabtu 1 Juli 2023. ***