Ekspor produk kayu dan turunannya menunjukkan kemampuan bertahan di tengah ketidakpastian global akibat konflik geopolitik di sejumlah region.
Berdasarkan data dari kementerian Kehutanan yang diolah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), ekspor produk kehutanan pada tahun 2024 mencapai 122,73 miliar dolar AS. Hanya beda tipis dengan capaian pada tahun 2023 yang mencapai 12,75 miliar dolar AS.
Kinerja ekspor produk kehutanan pada tahun 2024 sempat menunjukkan prospek suram ketika anjlok sebesar 14,5% secara month to month (mtm) pada Januari 2024. Meski demikian, secara perlahan ekspor menunjukan pemulihan dan terus tumbuh hingga pada akhir Desember 2024, selisih capaian ekspor antara tahun 2024 dan 2023 hanya -0,2% saja.
Kinerja ekspor produk kayu kayu pada tahun 2024 ditopang oleh produk kertas yang mencapai 4,05 miliar dolar AS dan Pulp yang mencapai 3,56 miliar dolar AS.
Disusul kemudian oleh produk panel kayu yang mencapai 2,28 miliar dolar AS dan furnitur yang mencapai 1,58 miliar dolar AS.
Yang menarik, adalahnya kinerja ekspor produk furnitur mulai kembali mengalami pertumbuhan setelah sebelumnya selalu negatif. Secara year on year kinerja ekspor furnitur tumbuh 5,9%.
Produk lain yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah bahan bangunan prefabrikasi yang meroket tumbuh sebesar 61,8% mencapai 4,49 juta dolar AS.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan Dida Mighfar Ridha saat Workshop Peningkatan Kinerja PBPHH Melalui Penguatan Pasar Produk Olahan Hasil Hutan Domestik dan Ekspor di Jakarta, Selasa, 17 Desember 2024, mengatakan produk kayu sudah terbukti memiliki daya tahan yang kuat menghadapi tantangan global seperti pandemi Covid-19.
“Produk hasil hutan memiliki daya tahan dan terus meningkat,” katanya.
Dida mengingatkan pentingnya untuk mengamankan pasar domestik produk kayu selain membidik pasar ekspor.
Dia mengatakan, pemerintah akan terus mempromosikan penggunaan produk kayu yang memiliki sertifikat SVLK plus di dalam negeri. ***
