Film animasi “Finding Nemo” yang diluncurkan pada 30 Mei 2003 lalu, menampilkan sosok ikan hias bernama Nemo, yang tiada lain adalah Ikan Badut, atau “Clown Fish” dan telah menggemparkan Dunia.
Ikan karang ini menjadi ikon para penggemar ikan hias. Untuk negara kepulauan Indonesia, Ikan Badut ini hanyalah satu dari 4.552 jenis ikan hias (ornamental fish) yang dapat dijumpai di lautan Nusantara. Beberapa ikan hias yang bisa dijumpai hidup di terumbu karang, antara lain, Banggai Cardinal Fish, yang dijumpai di Kepulauan Banggai, ada pula ikan singa (lion fish), ikan kupu kupu (butterfly fish), ikan goby dan masih banyak lagi. Semuanya ikan warna warni indah dipandang mata.
Ikan-ikan hias tersebut mempunyai kriteria langka, unik, memiliki sejarah, eksoktik dan memiliki nilai jual.
Menurut Kepala Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dr. Joni Haryadi, data tahun 2022 menunjukkan bahwa Indonesia adalah eksportir ikan hias nomor dua terbesar di Dunia setelah Tiongkok.
Tiongkok memang eksportir ikan hias terbesar Dunia, namun ikan-ikan hias yang diekspor sebagian besar diimpor dari Indonesia, lalu diberi nilai tambah. Misalnya disiapkan pakan khusus agar ikan-ikan hias tadi semakin menyala warnanya, lalu kemasannya dipercantik dan kemudian diekspor ke jaringan global konsumen ikan hias yang telah mereka bangun.
Indonesia harus menggarap industri ikan hias ini dari “hilir” ke “hulu”, diawali dengan menangkap peluang ekspor. Pada saat bersamaan meningkatkan kemampuan para pembudidaya ikan hias di “hulu”, lewat penyuluhan, standarisasi, penyediaan pakan yang cocok untuk masing masing ikan hias, serta membuat kemasan yang tepat.
Di seluruh Dunia, orang senang memelihara ikan hias untuk mengurangi stress kehidupan, memberikan ketenangan jiwa, melahirkan insiprasi inspirasi baru dan juga membuat manusia lebih fokus. Sebaran 5 besar provinsi yang melaksanakan budidaya ikan hias adalah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan DKI Jakarta.
Diperkirakan, pada tahun 2022, ada sekitar 21.091 orang berbudidaya ikan hias di Indonesia dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian lokal.
Menurut data World Integrated Trade Solution (WITS 2022), lima besar negara importir ikan hias dari Indonesia adalah: Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Negara-Negara Asia lainnya dan Singapura. Memang, ekspor pada tahun 2022 baru mencapai Rp586 miliar saja, tetapi Joni Haryadi telah menyusun program agar target ekspor ikan hias Rp1,6 triliun pada tahun 2029 dapat dicapai.
Kegiatan ini dapat meningkatkan usaha kecil dan menengah mengingat kegiatan hias berada pada kegiatan ekonomi rumah tangga. Dengan perkembangan teknologi informasi digital, industri ikan hias ini mampu menarik minat lebih banyak para generasi millenial.
Dalam rangka Konferensi International Terumbu Karang, “The International Conference for Sustainable Coral Reefs”, dengan tema:” Sustaining Coral Reefs: Science, Conservation, Resilience and Development” di Manado, pada 13 – 15 Desember 2024 mendatang, yang akan dihadiri peserta dari 22 Negara, maka akan digelar satu sesi mengambil topik ”Sustainable Marine Livelyhood: Surviving To Thriving”, yang akan membahas kehidupan masyarakat pesisir menyelamatkan terumbu karang sekaligus menggerakan ekonomi, diantaranya melalui kegiatan budidaya dan ekspor ikan hias. ***