Senin, 2 Desember 2024

Butuh Dana Besar, Pengendalian Perubahan Iklim Perlu Dukungan Pembiayaan Inovatif

Latest

- Advertisement -spot_img

Inovasi dalam penyaluran pembiayaan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan yang amat besar dalam pengendalian perubahan iklim.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) Tri Joko Haryanto menjelaskan peran yang dijalankan BPDLH dalam mendukung pembiayaan untuk pengendalian perubahan iklim.

“BPDLH mendukung berbagai komitmen pemerintah di bidang lingkungan dengan menjalankan mandat pengelolaan dana lingkungan hidup. BPDLH terus berupaya memberikan layanan terbaik melalui berbagai skema pembiayaan inovatif,” kata Tri Joko saat sesi CEO Talks bertajuk Unlocking Innovative Climate Financing di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, Senin, 11 November 2024.

Menurut Tri Joko, BPDLH berfungsi sebagai badan penaung dan penyalur beberapa sumber pendanaan lingkungan hidup agar dapat digunakan melalui berbagai instrumen di berbagai sektor.

Sektor yang dapat memperoleh pendanaan dari BPDLH di antaranya kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan karbon, jasa lingkungan, industri, transportasi, pertanian, kelautan, dan perikanan.

BPDLH mengalirkan dan mendistribusikan dana lingkungan dan iklim termasuk yang berasal dari internasional. Dana yang dikelola BPDLH saat ini mencapai Rp24,9 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan, pihaknya berkomitmen untuk mendukung penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia seperti yang telah tertuang dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC).

Menurut Darmawan, Bank mandiri adalah bank yang paling banyak mengucurkan pembiayaan untuk pengurangan emisi karbon. “Skema pembiayaan berkelanjutan Bank Mandiri memberi dukungan pada pengurangan emisi GRK dan sektor-sektor yang menjadi prioritasnya,” katanya.

Sampai September 2024, portofolio pembiayaan berkelanjutan Bank Mandiri hampir mencapai 46,590 juta dolar AS.

Darmawan menegaskan bahwa sektor keuangan menjadi salah satu titik kritis dalam pengurangan emisi karbon. “Menutup gap dalam pembiayaan untuk inisitif hijau akan mendorong pencapaian target bekerlanjutan di masa yang akan datang,” katanya.

Sementara itu Direktur Risk Management BNI David Pirzada menjelaskan BNI menerbitkan Green Bond untuk mendukung pembiayaan sektor-sektor yang berdampak pada pengurangan emisi karbon. “Kami adalah bank pertama di Indonesia yang menerbitkan Green Bond,” katanya.

Green Bond yang diterbitkan BNI oversubscribed 3,1 kali yang menunjukkan tingginya minat terhadap pembiayaan hijau di Indonesia. David mengungkapkan, dari penerbitan Green Bond, BNI berhasil berkontribusi untuk pengurangan emisi karbon hingga 1,4 juta ton CO2. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles