Selasa, 19 November 2024

Baterai Berbasis Logam Tanah Jarang Buatan Indonesia, Dukung Kemandirian Energi

Latest

- Advertisement -spot_img

Ketika Presiden Jokowi berbicara tentang potensi “harta karun” mineral logam tanah jarang (LTJ) yang dimiliki Indonesia, 30 Mei 2023 lalu, banyak orang yang mengerenyitkan dahi.  Mineral apa ini? Ternyata inilah mineral yang dikenal sebagai Rare-Earth Minerals, yaitu mineral ikutan di tambang-tambang timah. 

Bila saat ini Indonesia menambang bijih timah dari mineral Cassiterite (SnO2), maka ternyata banyak mineral ikutannya, seperti Monasit,  Zirkon (ZrSOI4),  Ilemenit (TiO3), Rutil (TiO2), Pasir Kwarsa (SiO2) dan  Xenotime (YPO4). 

Dari mineral-mineral ikutan tadi, terutama mineral Monasit, dapat dihimpun 17 unsur kimia logam tanah jarang (LTJ), antara lain Er, Eu, Gd, Ho, La, Lu, Nd, Pr, Sm, Tb, Tm dan Yb.

Pada paparan Center for Technology and Innovation Studies (CTIS), Rabu, 8 Mei 2024, ternyata para ahli Indonesia sudah mulai memanfaatkan LTJ untuk mendukung industri baterai listrik di Indonesia. 

Ahli nuklir Indonesia, Purwadi Kasino Putro dari Prime Energi Terbarukan  dalam paparannya yang berjudul “Baterai Untuk Kendaraan Listrik dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Berbasis Logam Tanah Jarang (LTJ), Menuju Kemandirian Energi di Indonesia”, memperlihatkan bahwa proses pemisahan LTJ dari mineral Cassiterite sudah bisa dilaksanakan di Indonesia, dan beragam purwa rupa baterai dari LTJ juga sudah bisa diproduksi di tanah air.

Purwadi, yang insinyur teknik nuklir lulusan Universitas Gadjah Mada dan ahli bahan bakar nuklir lulusan Universitas di Jerman itu menegaskan bahwa dengan mencampurkan LTJ pada komponen baterai listrik berbasis Nikel yaitu NMC (Lithium, Manganese, Cobalt Oxide ) atau baterai yang berbasis Lithium, yaitu Lithium Iron Phsophate (LFP), maka baterai listrik ini akan memiliki energi yang lebih kuat, efisiensi yang tinggi, juga baterai akan berusia  lebih panjang.  Secara ekonomis, ini akan sangat menguntungkan.

Ahli Logam Tanah Jarang (LTJ), Purwadi Kasino Putri (No.4 dari kanan) pada Paparan di Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu, 8 Mei 2024.

Dalam presentasi yang dipandu oleh Dr. Arie Rahmadi, Peneliti Senior BRIN, Purwadi menyampaikan bahwa bahan baku LTJ di Indonesia sangat melimpah, namun  belum dimanfaatkan sebagai bahan baku bernilai tinggi.  Sebagai contoh, pasir kwarsa yang merupakan hasil sampingan produk timah, diekspor keluar negeri sebagai bahan tambang galian C. Padahal di situ banyak dijumpai mineral LTJ.

Purwadi juga menyatakan bahwa tahap berikutnya dalam pembangunan baterai berbasis LTJ adalah membuat baterai dengan campuran komponen NMC dan LTJ yang siap mengisi pasar baterai mobil listrik dan sepeda motor listrik di tanah air.  Sumberdaya nikel dan LTJ sudah ada di Indonesia.  Tidak itu saja, baterai jenis ini juga dapat mengisi kebutuhan baterai di kapal-kapal nelayan yang sudah tidak menggunakan minyak solar lagi, namun sudah menggunakan motor listrik. 

_________

Dalam rangka transisi energi dan penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) maka ada potensi sangat besar untuk penggunaan baterai NMC-LTJ untuk PLTS di tanah air. Menurut Purwadi, target awal industri baterai berbasis LTJ mencapai produksi 7 MegaWatt per-harinya. Apalagi, Pemerintah sudah mematok Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk mobil listrik dan motor listrik pada tahun 2026 adalah 80%.

Seperti diketahui, salah satu komponen bernilai ekonomi terbesar pada mobil listrik dan sepeda motor listrik adalah pada komponen baterainya.  Inilah pasar yang dibidik dari industri baterai berbasis LTJ di Indonesia. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles