Awal tahun 1973, sekitar 1100 mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung (ITB) memasuki gerbang Kampus Ganesha, disambut spanduk besar bertulisan: ”SELAMAT DATANG PUTERA – PUTERI INDONESIA TERBAIK”.
Mahasiswa ITB1973 ini adalah angkatan pertama yang harus melewati Program Matrikulasi selama enam bulan dan Program Tingkat Pertama Bersama (TPB) selama satu tahun, dalam Pola Kurikulum baru ITB, 4,5 tahun, dengan batas waktu pendidikan maksimum tujuh tahun.
Pada 1974, sebanyak 57 Mahasiswa ITB ’73 memilih jurusan Teknik Geologi dan menjadi Mahasiswa Geologi ITB’73. Kala itu, Departemen Teknik Geologi ITB adalah jurusan favorit, karena industri pertambangan mineral, minyak dan gas bumi di tanah air tengah “booming”.
Perusahaan Freeport di Irian Jaya baru mulai beroperasi di awal 1970-an, begitu pula tambang nikel INCO di Soroako, tambang nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara, juga tambang timah di Bangka, Belitung dan Singkep.
Di samping itu, lapangan-lapangan gas di Arun, Aceh dan Bontang, Kalimantan Timur, baru mulai dikembangkan. Ditambah lagi, ada sekitar 50 perusahaan migas asing yang bekerjasama dengan Pertamina, menggarap ladang-ladang migas baru di seluruh Indonesia.
Lulusan Geologi ITB Angkatan 1973 amatlah beruntung karena sangat dibutuhkan oleh industri mineral dan migas ini, khususnya dalam program Indonesianisasi.
Beasiswa banyak ditawarkan. Pada awal dekade 1970-an ini pula, Departemen Teknik Geologi ITB merupakan jurusan yang paling kuat staf pengajarnya, dengan jumlah Dosen bergelar Doktor tamatan luar negeri sebanyak 10 orang.
Pada Sabtu 11 November 2023, setelah 50 tahun meninggalkan kampus ITB, para Alumni Geologi ITB Angkatan 1973 berkumpul kembali di Kampus Ganesha dan diterima dengan hangat oleh para Dosen serta Mahasiswa Teknik Geologi GEA ITB. Hadir pula para purnabhakti dosen pengajar mereka 50 tahun lalu.
Banyak pengalaman menarik para Alumni ini. Ada Bambang Suhartono, yang sepanjang karirnya berprofesi sebagai ahli geologi teknik di PLN untuk pembuatan bendungan. Tidak banyak ahli yang bisa menentukan jenis dan kekuatan batuan tempat posisi busur bendungan dibangun.
Lalu ada R. Sukhyar yang saat menjabat sebagai Dirjen di Kementerian ESDM menyusun draft UU Mineral dan Batubara 2009, yang sudah mengarah pada proses hilirasi industri mineral seperti sekarang ini. Ada insinyur muda, Idwan Soehardi, yang sebagai Anggota MPR, turut menyusun GBHN 1993, yang padat komponen ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada Tim dayung GEA ITB 1973 yang ikut Citarum Rally, April 1975, yang mencekam, menelan 7 korban jiwa, sejak tahapan latihan hingga tahapan kegiatan lomba sendiri.
Ada pula Sumardiman, geolog yang mengeksplorasi mineral logam hingga pelosok-pelosok Benua Afrika. Ada juga Ahmad Djumarma, ahli volkanologi yang sudah menjelajahi gunu api di seluruh Dunia, hingga Mount Saint Hellen di negara bagian Washington AS.
Kesemuanya ini lalu dirangkum kedalam sebuah Buku berjudul: Dari Kampus Ganesha untuk Negeri: Kiprah Alumni Teknik Geologi ITB Angkatan 1973. Buku diluncurkan di Kampus ITB pada Sabtu, 11 November 2023.
Alumni Geologi ITB’73 telah lebih 40 tahun meniti karir, mengabdi kepada Nusa, Bangsa, Negara, Profesi dan Masyarakat di berbagai bidang.
Beberapa ada yang mengabdikan ilmunya sebagai Dosen di almamater ITB, serta di Universitas Hasanuddin, Universitas Trisakti, Universitas Pakuan dan Universitas Auckland di Selandia Baru.
Ada yang menerapkan ilmu keteknikannya untuk mengembangkan enterpreneurship mereka. Dari mengembangkan industri minyak sawit, industri kehutanan, industri bahan galian C, hingga industri perhotelan dan wisata, industri perbank-kan serta industri press dan media.
Beberapa diantaranya , ada yang pernah memegang posisi-posisi kunci di Kementerian Koordinator Kemaritiman, di Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Kementerian Transmigrasi, di Kementerian Riset dan Teknologi, juga di BP Migas dan menjadi Pejabat di Daerah.
_________
Banyak alumni Geologi ITB’73 yang berkiprah di industri migas dan masuk ke jajaran Direksi serta Manager Perusahaan-Perusahaan migas Nasional dan Internasional.
Ada pula yang berkiprah di industri pertambangan, serta bekerja mandiri sebagai konsultan geologi, menangani industri pemboran migas, bahkan mengadakan eksplorasi mineral dan migas hingga ke Afrika, Amerika Latin, Asia, Australia dan Eropa. Semangat untuk terus menimba ilmu tidaklah luntur. Banyak pula yang telah menyandang gelar Master (S-2), Doktor (S-3) dan Professor.
Pengabdian lebih dari 40 tahun untuk Nusa, Bangsa dan Tanah Air, melewati kehidupan suka dan duka diberagam profesi, memunculkan goresan pengalaman tentang kiprah para Alumni Geologi ITB Angkatan 1973. Goresan tadi semakin dalam dan menampilkan warna merah-putih. ***