Pemeluk agama dan kepercayaan harus berkolaborasi dan bekerja sama untuk melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Pasalnya, hanya ada satu bumi untuk semua umat manusia tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya.
Demikian terungkap dalam diskusi panel bertajuk “The Power of The The Religious Teachings Toward Climate Justice” yang digelar di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC, Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu, 10 Desember, 2023,
Hadir sebagai pembicara pada diskusi tersebut CEO Buddhist Tzu Chi Foundation Amerika Serikat Debra Boudreaux, Faith & Climate Action Lead Bahu Trust Inggris, Kamran Shezad, Director Memoria Indigena Amerika Latin Jocabed Solano, dan Penasihat Eco Bhineka Muhammadiyah Hening Parlan. Diskusi dipandu Senior Ambassador Greenfaith Nana Firman.
Hening Parlan menjelaskan dengan sekitar 85% populasi dunia menganut suatu agama atau kepercayaan, maka penting untuk mengeksplorasi peran dan kekuatan agama untuk mencapai tujuan bersama dalam pengelolaan lingkungan, termasuk menghadapi perubahan iklim.
“Kami mendorong seluruh pemuka agama untuk mengambil peran penting dengan mengadakan gerakan-gerakan berdasarkan keyakinan masing-masing dan tercermin dalam kegiatan masyarakat untuk menjaga, menjaga dan melestarikan lingkungan hidup serta mengajak seluruh umatnya untuk tidak merusak lingkungan hidup sebagai warisan generasi mendatang,” katanya.
Dalam kesempatan itu Hening menjelaskan Eco Bhineka adalah program inklusif lintas agama yang diinisiasi Muhammadiyah untuk mendukung kebebasan beragama dengan pendekatan konservasi lingkungan.
Hening menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif untuk menumbuhkan kesadaran akan adanya keterhubungan antara pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab spiritual.
Debra Boudreaux menjelaskan, salah satu ajaran Budha mengajarkan bagaimana umat manusia untuk berperilaku. Salah satunya adalah karma yang akan diterima jika menghilangkan nyawa makhluk hidup lain termasuk satwa.
Debra juga menyatakan, ajaran Budha juga melihat adanya urgensi atas perubahan iklim. Sikap dan perilaku manusia bisa memperburuk keadaan tersebut. Oleh karena itu penting untuk menemukan keseimbangan ekologi untuk mengurangi krisis iklim.
Debra memaparkan bagaimana Budha Tzu Chi menebar belas kasih dan menunjukkan bagaimana nilai-nilai ajaran Budha memandu tindakan yang berdampak dalam menghadapi perubahan iklim.
“Saat ini kami melakukan aksi kemanusiaan termasuk untuk memperkuat ketahanan iklim di 133 negara dengan sukarelawan yang berasal dari 68 negara,” katanya. ***