Sekitar 250-an alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Angkatan 1973, yang dikenal sebagai Forum Tujuh Tiga (Fortuga), berkumpul kembali di Kampus ITB Ganesha, Bandung guna memperingati 50 Tahun memulai pendidikan di Perguruan Teknik tertua di Nusantara ini (1973-2023), Sabtu, 11 November 2023.
Setengah abad adalah waktu yang tidak pendek dan mereka telah menorehkan beragam pengalaman menarik. Seperti Ashwin Sasongko, Insinyur Elektroteknik, yang begitu lulus langsung harus membangun Stasiun Pemancar TVRI di Dili, Timor Timur, yang kala itu masih menjadi daerah konflik.
Ada juga Adang Surachman, insinyur teknik sipil yang membangun belasan Stadion Sepak Bola di Negeri ini. Tusy Agustine, Insinyur Arsitektur yang saat menjadi anggota MPR RI, menyusun Garis Besar Haluan Negera (GBHN) 1993, yang padat komponen ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lalu adapula Al Hilal Hamdi, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang peduli tentang energi bersih dan energi hijau hingga saat ini. Fortuga juga memiliki Agus Tjahjana yang puluhan tahun bergulat dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia.
Belum lagi, seorang Witan Odakar, geolog yang sudah bereksplorasi migas di lima benua: Asia, Australia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa. Ada cerita Yoga Suprapto, yang saat membangun industri petro-kimia di Aljazair harus selalu dikawal tentara Aljazair bersenjatakan senapan serbu AK-47, mengingat rawannya daerah yang digarap.
Semua warga Fortuga berkumpul di Bandung dan bercerita tentang kisah kehidupan masing-masing dalam meniti karir, tentang pengalaman di dunia kerja, juga kisah kisah humaniora.
Kesemuanya terhimpun dalam sebuah Buku berjudul:” FORTUGA BERCERITA: Suka-Duka, Legacy dan Pembelajaran”. Buku tadi diluncurkan pada Acara Home Coming 50 tahun Fortuga ITB, pada Sabtu 11 November 2023 lalu.
Selain mengisi perpustakaan-perpustakaan di Tanah Air, Karya Karya Fortuga juga mulai mengisi Perpustakaan Leiden University di Belanda, yang merupakan perpustakaan dengan koleksi dokumen dan Buku tentang Indonesia terbanyak di Dunia.
Termasuk disitu, “Buku Putih Perjuangan Mahasiswa 1978”, Buku:”Panggil Dia Ucok”, juga Buku “Golak Ganesha”, yang mengisahkan peristiwa pergolakan mahasiswa 1978, dimana pelakunya adalah para Anggota Fortuga ini.
Itulah sebabnya, pada Acara 50 Tahun Homecoming Fortuga, diserahkan pula Penghargaan Fortuga kepada Almarhum Prof. Dody Tisna Amidjaja, mantan Rektor ITB yang telah membimbing 1.100-an Mahasiswa ITB Angkatan 1973 pada masa kuliah, dalam suka dan duka.
Hingga saat ini, tercatat ratusan karya Fortuga abadi tersimpan di Universitas Leiden untuk dipakai sebagai bahan kajian bagi mereka mereka yang ingin studi dan riset tentang Indonesia.
Anggota Fortuga masuk ITB pada tahun 1973, merupakan angkatan pertama yang melaksanakan kurikulum ITB 4,5 tahun, dengan 1 tahun Pendidikan Tingkat Pertama Bersama (TPB). Ada 1.100-an mahasiswa baru yang diterima di ITB dan saat ini tinggal 800-an alumni Anggota Fortuga.
Pada kurun 1979-1980, para mahasiswa ITB 1973 sudah menjadi Alumni dan mengabdi di berbagai bidang, dengan karya karya nyata, untuk Nusa dan Bangsa. Tercatat, pengabdian para Alumni ITB 1973 yang beragam, enam orang diantaranya pernah menjadi Menteri Anggota Kabinet, ada yang pernah memimpin BUMN Industri dan Perbankan, ada yang mengabdi sebagai Professor di ITB dan di Universitas lain, ada yang pernah menjabat sebagai Sekjen, Dirjen dan Deputi di Kementerian, ada pula yang berkarier sebagai professional di ragam industri di tanah air maupun diluar negeri.
_________
Bahkan ada pula yang mengabdi langsung di lapangan bersama masyarakat di bidang sosial dan pendidikan. Itu semua adalah komitmen mereka saat di wisuda sebagai Sarjana ITB hampir 50 tahun lalu, antara lain: “Akan Mengabdikan Ilmu Pengetahuan Bagi Kesejahteraan Bangsa Indonesia, Perikemanusiaan dan Perdamaian Dunia”.
ITB adalah Perguruan Tinggi Teknik tertua di Nusantara, diresmikan sebagai Technische Hooghe School (THS) Bandoeng, pada 3 Juli 1920 lalu. Para Alumni ITB yang tersohor, antara lain: Pahlawan Nasional Presiden Soekarno, Pahlawan Nasional Perdana Menteri Ir. Juanda, Pahlawan Nasional Ir. Herman Johannes, Presiden Ketiga RI, BJ Habibie, juga ahli geologi JA Katili, ahli pondasi cakar ayam Sedijatmo, ahli sistem komunikasi satelit domestik , Iskandar Alisyahbana dan masih banyak lagi. ***