Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Fakultas Kehutanan UGM menyampaikan sejumlah rekomendasi terkait upaya pengendalian perubahan iklim perubahan iklim kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Rekomendasi yang disampaikan merupakan hasil kajian policy brief yang berisi mengenai aktualisasi eksistensi pemuda dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Kajian komprehensif dan Policy Brief ini diserahkan kepda Direktur Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Hutan KLHK, Krisdianto dalam kegiatan Pojok Iklim Goes to Campus pada 9 Juni 2023 di Auditorium Magister Manajemen UGM.
Dikutip dari laman resmi UGM, Kamis, 15 Juni 2023, terdapat empat rekomendasi kebijakan disampaikan oleh LEM Fakultas Kehutanan UGM.
Pertama, KLHK selaku pemangku kebijakan perlu melakukan peninjauan kembali atas kebijakan yang mengatur hak berpendapat dan berpartisipasinya pemuda serta seluruh elemen masyarakat dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Dengan begitu, prinsip transparansi informasi terhadap masyarakat kembali terbentuk.
Kedua, KLHK diharapkan menentukan harga setimpal untuk patokan harga karbon seperti yang diusulkan oleh IMF.
Selain itu, mendorong usul ini kepada seluruh upaya NDC negara G20 sehingga penurunan suhu ideal tercapai pada tahun 2030.
Ketiga, dalam penghitungan estimasi karbon dilakukan dengan pendekatan yang lebih akurat dan representatif terhadap suatu tegakan serta penegakan yang tegas terhadap seluruh perusahaan terkait.
Keempat, mengajak masyarakat termasuk kalangan pemuda untuk lebih tanggap terhadap isu perubahan iklim.
Pada kesempatan tersebut, mahasiswa UGM memaparkan aksi-aksi iklim yang bisa dilakukan. Gielbran Muhammad Noor, Ketua BEM KM UGM 2023, menyebutkan beberapa contoh aksi kecil mahasiswa, tetapi berpengaruh besar dalam mengatasi perubahan iklim. Salah satunya melalui kegiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa seperti yang diikutinya yakni penanaman mangrove dan spoondible.
Sementara itu Aza Khiatun Nisa, traveling enthusiast dari Fakultas Filsafat UGM bercerita mengenai ekspedisi yang dilakukan di Pulau Mentawai.
Ekspedisi yang ia lakukan bukan sekadar jalan-jalan, melainkan mengambil nilai penting, bahwasannya masyarakat adat pulau tersebut memiliki hubungan yang erat terhadap alam, terutama hutan, serta bagaimana aktivitas masyarakat yang dilakukan dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan KLHK, Krisdianto menyatakan, generasi muda sebagai generasi dengan tingkat populasi terbesar saat ini memiliki kekuatan yang masif dalam meningkatkan upaya dan menggunakan keterampilannya pada era transisi teknologi guna mempercepat aksi iklim.
“Perubahan iklim global telah meningkatkan persentase ketidakpastian tentang masa depan dunia. Tanggapan pemuda terhadap peningkatan intensifikasi dan ketidakmerataan pemanasan iklim menghadirkan momen penting untuk mempertimbangkan keterlibatan generasi muda dalam aksi iklim,” ungkap Krisdianto.
Krisdianto meyakini bahwa di dalam pemenuhan target Pembangunan Berkelanjutan, dapat diartikan menjadi pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Berkaca akan hal ini lah, pemerintah menargetkan kontribusi aktif terhadap pelibatan generasi muda dalam pengendalian perubahan iklim.
Saat ini Indonesia telah berkomitmen untuk membatasi kenaikan rata-rata suhu global dengan melakukan ratifikasi Paris Agreement. Komitmen Indonesia yaitu membatasi kenaikan rata-rata suhu global di bawah 2°C dari tingkat pre-industrialisasi dan terus berupaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga di bawah 1,5°C.
- Hitungan-hitungan 5 Kementerian, Pengurangan Emisi Karbon di NDC Bisa Dinaikkan Jadi 32 Persen
- Bisa Akselerasi Pencapaian NDC, Restorasi Mangrove Dilakukan Secara Kolaboratif
Komitmen Indonesia dinyatakan dan ditegaskan dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC). Pada periode transisi menuju NDC kedua, Indonesia meningkatkan target penurunan emisi dari 29% NDC pertama dan diperbarui NDC ke 31,89% berdasarkan upaya nasional dan dari 41% di NDC diperbarui ke 43,20% dengan dukungan internasional.
Pojok Iklim merupakan sebuah forum diskusi para pihak yang secara rutin membahas isu iklim, mengemas isu, mengelola meteri diskusi, dan menyebarluaskan kepada berbagai pihak melalui media sosial. Pojok Iklim turut menghimpun inovasi, inisiatif, dan aksi masyarakat (civil society organization), dunia usaha, akademisi dan tokoh, serta menyiapkan langkah-langkah replikasi inovasi menurut kebutuhan. ***