Tumbuhan Saurauia vulcani atau Pirdot telah dimanfaatkan masyarakat di kawasan danau Toba, Sumatera Utara sebagai obat tradisional anti diabetes dan penyakit pencernaan lainnya.
Peneliti Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk dari Kelompok Riset Bioproduk Nutraseutikal, Gunawan Tri Sandi Pasaribu mengungkapkan potensi potensi tanaman pirdot atau Saurauia vulcani sebagai tumbuhan obat anti kanker kolorektal.
“Ekstrak daun pirdot dari genus tersebut mengandung beberapa senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya. Hal inilah yang menjadikannya berpotensi sangat besar sebagai tumbuhan obat antikanker kolorektal, dengan melakukan isolasi senyawa aktif dari ekstrak Saurauia vulcani dan pengujian antikanker kolorektal pada sel WiDr dan HCT 116 dan penentuan struktur senyawa bioaktif,” ungkap Gunawan dikutip dari laman BRIN,
Gunawan mengungkapkan, bahan baku penelitian ini adalah daun Saurauia vulcani yang diperoleh dari Sipiso-piso, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol. Pengujian yang dilakukan meliputi uji fitokimia, toksisitas, total fenol dan uji antikanker (sitotoksik) dengan metode Methyl Thiazolyl Tetrazolium (MTT) pada sel kanker kolorektal WiDr dan HCT 116.
“Hasil pengujian dengan sel kanker WiDr menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas sitotoksik yang kuat terhadap sel kanker tersebut; sedangkan ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana memberikan aktivitas sitotoksik sedang sampai agak lemah. Hal yang sama pada hasil uji sitotoksik dengan sel HCT 116 menunjukkan bahwa ekstrak metanol; ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksana memberikan aktivitas sitotoksik yang rendah,” bebernya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rendemen fraksi n-heksana adalah 7,04 %, fraksi etil asetat 12,92% dan fraksi metanol 17,95%. Hasil penapisan fitokimia mengungkapkan adanya beberapa senyawa kimia tanin, saponin, flavonoid, dan terpenoid.
Gunawan menjelaskan, hasil pemisahan dan pemurnian senyawa kimia dilakukan dengan kromatografi berdasarkan metode bioassay guided isolation, sehingga diperoleh 4 senyawa murni.
Sedangkan hasil elusidasi struktur kimia menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, H-NMR, C-NMR, DEPT, HMQC, COSY, HMBC, dan LCMS adalah senyawa avicularin, kuersitrin, hiperosida, dan rutin. Keempat senyawa ini tergolong dalam senyawa flavonoid glikosida yang memiliki aktivitas antikanker dan yang terbaik adalah senyawa avicularin.
“Keempat senyawa ini baru pertama kali diisolasi dari tumbuhan Saurauia vulcani. Hasil pengujian dengan sel kanker WiDr menunjukkan bahwa avicularin memiliki aktivitas yang paling kuat diikuti oleh hiperosida, rutin dan kuersitrin,” tandasnya.
_________
Sementara itu, Kepala Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk (PRBB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Akbar Hanif Dawam A mengungkapkan, pemanfaatan kekayaan biodiversitas Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan penelitian, melalui penelitian akan diketahui senyawa-senyawa apa saja yang bermanfaat dalam berbagai macam hal, baik itu sifatnya untuk pangan, maupun untuk produk farmasi dan obat-obatan.
“Untuk memanfaatkan potensi biodiversitas tersebut bisa didukung secara bioprospecting, di mana kita tidak hanya akan mengerti pada satu sifat senyawanya saja, karena itu konsepnya triangle, yang di dalamnya terdapat structure, property dan process. Kita tidak mungkin hanya berhenti pada sifat-sifat senyawanya saja, seperti hanya melakukan identifikasi saja, untuk tahu bagaimana memodifikasi atau meng-enginer, kita harus tahu bagaimana strukturnya juga, karena terkait dengan organisme hidup atau biological structure, dengan mengetahui struktur dan mengetahui sifat, selanjutnya kita bisa melakukan proses,” katanya. ***