Kamis, 5 Desember 2024

Di COP29 UNFCCC, Utusan Khusus Presiden Ingatkan Pentingnya Satwa Liar untuk Kehidupan Manusia

Latest

- Advertisement -spot_img

Utusan Khusus Presiden untuk Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC Hashim Djojohadikusumo mengingatkan tentang pentingnya keberadaan satwa liar bagi kehidupan manusia. Tanpa satwa liar, maka kehidupan manusia tidak ada.

Pada sesi khusus di Paviliun Indonesia, Selasa, 12 November 2024, Hashim menjelaskan, dirinya memiliki latar belakang bisnis. “35 tahun lalu saya menjadi pengusaha semen hingga petrokimia,” kata Hashim yang juga merupakan CEO Arsari Group.

Saat ini, dia baru mengetahui, bahwa industri tersebut merupakan sangat polutif dan mengemisi karbon dalam jumlah besar. Saat itu, kata Hashim, isu perubahan iklim yang membuat dunia terancam belum mengemuka.

Lalu pada 15 tahun lalu, dilatarbelakangi kecintaannya pada satwa liar seperti harimau sumatera, beruang madu, dan gajah, Hashim bertemu dengan seorang peneliti dan naturalis Dr Willie Smits. Dari Smits, Hashim mengetahui bahwa ada cara lain dalam mengelola alam yaitu dengan pendekatan Nature Based Solutions (solusi berbasis alam).

“Saya ingin kehidupan yang lebih baik bagi harimau, orang utan, beruang madu, dan juga pohon-pohon,” katanya.

Sejak saat itu, Hashim mengelola lahan dengan pendekatan agroforestry, polikultur, dengan berbagai spesies dan jenis pohon. Mulai dari pohon kayu-kayuan, pangan, hingga buah-buahan yang menjadi pakan bagi satwa liar.

“Kenapa buah-buahan?, karena itu yang dibutuhkan bagi satwa liar. Kehidupan satwa liar penting untuk dipertahankan karena masa depan umat manusia ikut bergantung kepadanya,” kata Hashim.

Dia memberi contoh, cacing penting untuk kesuburan tanah pertanian. Sementara lebah penting untuk penyerbukan berbagai tanaman budidaya.

Sementara itu Chief Science Officer Arsari Group willie Smits menjelaskan bahwa pihaknya menjalan program Rebuild untuk merestorasi hutan, salah satunya di Samboja Lestari, Kalimantan.

“Kami menanam 768 spesies pohon yang berbeda pada areal seluas 1.854 hektare yang sebelumnya terdegradasi,” katanya.

Willie menjelaskan, apa yang dilakukan oleh Arsari Group pada dasarnya adalah mereplikasi pola budidaya permakultur yang mengimplementasikan berbagai jenis pohon dengan berbagai tingkatan yang memungkinkan setiap tingkatan pohon menangkap sinar matahari, nutrisi, dan air secara optimal untuk menyediakan peluang kerja, pendapatan, makanan, dan pasokan biomassa.

Dalam pelaksanaannya Arsari Group juga menambahkan biochar pada tanah dan menanam pohon aren untuk semakin meningkatkan serapan karbon. “Saat ini berbagai satwa liar kembali ke lokasi tersebut,” katanya. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles