Senin, 25 November 2024

Perbandingan Karhutla saat El Nino, KLHK Buka-bukaan Data Hotspot dan Citra Sebaran Asap

Latest

- Advertisement -spot_img

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia dari tahun ke tahun semakin baik.

KLHK pun buka-ukaan data indikasi luas areal yang terbakar, jumlah hotspot dan data citra sebaran asap.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dewanthi menyatakan tahun ini kasus karhutla mengalami peningkatan karena terjadi fenomena iklim El Nino, seperti pada tahun 2015 dan 2019. “Namun tahun ini penangana karhutla sudah jauh lebih baik,” katanya di jakarta, Sabtu 8 Oktober 2023.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pemantauan Karhutla KLHK (Sipongi), pada tahun 2015 terjadi karhutla seluas 2,7 juta hektare. Sementara pada tahun 2019 karhutla terjadi seluas 1,6 juta hektare. Sedangkan pada tahun ini, sampai Agustus, karhutla hanya terjadi sekitar 267 ribu hektare.

Berdasarkan pantauan satelit pada tahun 2015 dan 2023, jumlah hotspot juga terus menurun. Berdasarkan data satelit Terra/Aqua Nasa confident level >80% jumlah hotspot tahun 2015 sebanyak 70.971 titik, sementara pada tahun ini, sampai 7 Oktober 2023 berdasarkan pantauan Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan confident level high hanya sebanyak 7.307 titik.

Di tahun 2023, sampai saat ini 7 Oktober 2023 juga tidak terjadi asap lintas batas.

Laksmi Dewanthi menegaskan berdasarkan pantuan The ASEAN Specialised Meteorological Centre (ASMC) hingga 7 Oktober 2023 pukul 07.00 WIB dan satelit Himawari dari BMKG tanggal 7 Oktober 2023 pukul 10.00 WIB tidak terdeteksi asap lintas batas.

“Memang ada terdeteksi asap di Sumsel, Jambi, Kalsel dan Kalteng, tapi dengan arah angin Indonesia yang bertiup dari tenggara ke barat laut – utara, sehingga kemungkinan tidak ada asap lintas negara,” tegas Laksmi.

Lebih lanjut Lhaksmi menjelaskan bahwa disamping data yang bersumber dari BMKG, KLHK juga menggunakan ASMC sebagai sandingan citra peta sebaran asap, karena ASMC merupakan program kolaborasi regional diantara negara-negara anggota ASEAN.

ASMC diselenggarakan di bawah Layanan Meteorologi Singapura, National Environment Agency of Singapore.

“ASMC telah menjadi data rujukan yang digunakan seluruh anggota ASEAN, dan Indonesia menggunakan data ASMC dan Himawari BMKG dalam memonitor transboundary haze polution/polusi asap lintas batas dan telah konsisten dilakukan sejak 2015 hingga saat ini,” tambah Lhaksmi.

Selain itu, dalam konteks kerja sama Transbondary Haze Pollution, ASEAN telah membentuk ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution Control (ACCTHPC) atau Pusat Koordinasi Pengendalian Pencemaran Asap Lintas Batas Tingkat Regional ASEAN.

Keberhasilan Negara-negara ASEAN dalam mendirikan ACC THPC merupakan langkah awal menuju pengembangan sistem peringatan dini yang lebih inovatif, mobilisasi sumber daya yang efektif di kawasan, serta upaya yang lebih terkoordinasi antar negara anggota ASEAN. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles