Diplomasi di bidang lingkungan dan kehutanan bukan sesuatu yang mudah. Banyak tekanan dari berbagai negara dengan tujuan yang berbeda, sedangkan Indonesia tetap harus mengutamakan kepentingan bangsa sendiri dalam forum-forum internasional.
Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan, Ditjen Pengelolaan Hutan Lestari, Kementerian Kehutanan, Dr. Ristianto Pribadi mengatakan hal itu dalam peluncuran buku Agus Justianto Diplomasi Hijau yang berlangsung di Paviliun Indonesia, Selasa, 12 November 2024, di tengah-tengah berlangsungnya Konferensi Perubahan Iklim COP29 UNFCCC di Baku, Azerbaijan, 11-22 November 2024.
Berbicara pula sebagai pembahas dalam peluncuran buku tersebut Dr. Bambang Supriyanto, dari International Tropical Peatland Centre (ITPC), serta Dr. dr. Tri Edhi Budi Soesilo, Msi, Direktur Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia.
Menurut Ristianto, buku setebal 334 halaman ini menceritakan perjalanan panjang Agus Justianto sejak mulai meniti karier di Departemen Kehutanan, memperjuangkan hutan lestari, merespon perubahan iklim hingga melakukan diplomasi dan negosiasi di forum-forum internasional.
Beratnya menghadapi tekanan internasional yang memiliki kepentingan tersendiri, dipaparkan secara gamblang berikut strategi Agus Justianto dalam menghadapinya. “Pak Agus bukan seorang diplomat, tetapi sangat piawai dalam melakukan diplomasi dan negosiasi menyangkut isu-isu lingkungan dan kehutanan demi kemajuan Indonesia,” kata Ristianto yang akrab dipanggil Tito.
Menurut Ristianto, buku ini juga mengulas berbagai hasil riset dan inovasi di bidang kehutanan yang sangat bermanfaat secara sosial, ekonomi, lingkungan dan ilmu pengetahuan.
“Salah satu capaian terbesar Pak Agus adalah membuat xylarium atau perpustakaan kayu, yakni Xylarium Bogoriense yang mengkoleksi 185.647 spesimen kayu dari seluruh Indonesia. Koleksi ini merupakan yang terbesar di dunia,” kata Ristianto, seraya menyebut capaian ini diraih ketika Agus menjadi Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK.
Capaian lainnya adalah menghasilkan Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) yang memungkinkan jenis-jenis kayu bisa diidentifikasi secara cepat dan akurat menggunakan smartphone.
Bambang Supriyanto yang mengenal dekat Agus Justianto memaparkan, selama berkarier di bidang lingkungan dan kehutanan banyak capaian-capain yang berhasil diraih Agus Justianto. Salah satu yang paling monumental dan sangat berpengaruh pada dunia adalah Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK). Capaian ini berdampak luar biasa, karena produk kayu Indonesia menjadi bisa masuk ke pasar Uni Eropa, bisa dilacak asalnya dan bisa terhindar dari tudingan kayu hasil pembalakan liar.
“SVLK sangat bermanfaat bagi kalangan petani, industri dan tentu saja bagi negara dan kelestarian lingkungan,” kata Bambang.
Hal lain yang diungkap Bambang tentang Agus Justianto dan diiungkap dalam buku ini adalah sikap Agus yang selalu berbicara, bernegosiasi dan berdiplomasi berdasarkan data yang lengkap dan akurat.
“Karena bernegosiasi berdasarkan data, maka lawan negosiasi biasanya tidak bisa membantah. Itulah salah kekuatan Agus Justianto,” kata Bambang seraya menyebut, kaderisasi juga menjadi salah satu kekuatan Agus Justianto selama berkarier di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tri Edhi Budi Soesilo menambahkan, buku yang memaparkan kiprah Agus Justianto di bidang lingkungan dan kehutanan ini isinya sangat komprehensif, mengedukasi dan menginspirasi. Karena itu layak menjadi bahan pembelajaran bagi kalangan diplomat, praktisi lingkungan maupun akademisi yang bergerak di bidang lingkungan dan kehutanan.
“Buku ini pun sangat relevan, karena hadir di tengah-tengah menguatnya isu global tentang lingkungan dan kehutanan,” kata Budhi Soesilo.
Agus Justianto yang memberikan sambutan pada awal acara mengatakan, ingin berbagi pengalaman soal kiprahnya selama 37 tahun berkarier di bidang lingkungan dan kehutanan. Semoga paparan jejak langkah yang dituangkan dalam tulisan, bermanfaat bagi praktisi kehutanan, pengambil kebijakan dan kalangan akademisi sehingga Indonesia bisa lebih baik lagi dalam pengelolaan lingkungan dan kehutanan. ***