Jumat, 11 Oktober 2024

Leading by Example, Cara APP Group Beralih dari Bahan Bakar Fosil

Latest

- Advertisement -spot_img

Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC, Dubai, Uni Emirat Arab berakhir Senin, 13 Desember 2023, dengan kesepakatan untuk memulai akhir dari bahan bakar fosil dengan meletakkan dasar bagi transisi yang cepat, adil dan merata, didukung pengurangan emisi yang besar dan peningkatan pendanaan.

Bagi Indonesia, keputusan tersebut menunjukkan apa yang dilakukan di tanah air beberapa tahun terakhir berada di jalur yang tepat. Pasalnya, program transisi energi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) sedang gencar dilakukan.

Program ini sejalan dengan dokumen Long Term Strategy Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) yang telah di submit ke Sekretariat UNFCCC dimana Indonesia menargetkan untuk mencapai Net Zero Emission tahun 2060 atau lebih cepat.

_________

Gencarnya pelaksanaan Transisi Energi juga terlihat sepanjang pelaksanaan Paviliun Indonesia pada COP28 UNFCCC. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia berkontribusi bahkan menjadi Leading by Example dalam aksi mitigasi perubahan iklim.

Mengusung tema “Indonesia’s Climate Actions: Inspiring the World”, Paviliun Indonesia membahas mendalam isu penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor energi dan sampah selain dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan (forestry and other land use/FOLU).

Sektor-sektor tersebut, kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya tersebut sangat penting dalam konfigurasi penurunan emisi GRK Indonesia. ”Sektor-sektor itu berkontribusi pada pengurangan riil emisi GRK Indonesia sebesar 42,1% pada tahun 2022 dibandingkan business as usual,” katanya saat menyampaikan sambutan pembukaan Paviliun Indonesia.

Transisi energi tidak hanya menjadi program pemerintah, tetapi juga dilaksanakan oleh Non State Actors, seperti pelaku usaha. Termasuk oleh produsen pulp dan kertas terintegrasi APP Group.

Direktur APP Suhendra Wiriadinata di lokasi COP28 menjelaskan bahwa APP telah mencanangkan Sustainability Roadmap Vision (SRV) 2030 yang salah satu tujuannya adalah mengurangi emisi karbon dalam proses produksi pulp dan kertas.”Kami menargetkan mengurangi emisi karbon dari proses produksi sebesar 30% pada tahun 2030 untuk mendukung target Indonesia Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat,” katanya.

Suhendra mengungkapkan langkah yang dilakukan termasuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil. Di pabrik, penggunaan batu bara sebagai sumber energi terus ditekan. APP beralih menggunakan EBT, seperti biomassa secara bertahap.

Salah satu pabrik pulp dan kertas APP yaitu PT OKI Pulp sudah berhasil memanfaatkan EBT hingga 97 persen dari kebutuhan energinya pada tahun 2022 dengan memanfaatkan kulit kayu dan cairan black liquor yang berasal dari proses produksi pulp.

Pengalihan penggunaan bahan bakar fosil ke EBT di OKI Pulp telah berhasil mencegah emisi GRK sebesar 5,33 juta ton setara Co2 pada tahun 2022.

“Untuk tahun 2023, hingga Agustus, penggunaan EBT di OKI Pulp sudah mencapai 99 persen,” kata Suhendra.

Lebih lanjut Suhendra menjelaskan, APP juga mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya untuk memasok kebutuhan listrik. Saat ini kapasitas terpasang PLTS sebesar 18 MW dan ditargetkan akan mencapai 48MW.

Yang menarik, APP juga memanfaatkan sampah dan limbah sebagai sumber energi (waste to energy) pengganti bahan bakar fosil. Pertama dengan mengembangkan biogas memanfaatkan limbah organik. Sejauh ini reaktor biogas yang dibangun berkapasitas 9.500 m3 per hari. Pemanfaatan biogas bisa mengurangi penggunaan batu bara sekitar 12.300 ton dan mengurangi emisi GRK sebesar 12.312 ton CO2 setiap tahunnya.

Program waste to energy yang lain adalah pemanfaatan impuritas yaitu material pengotor pada bahan baku kertas bekas. Bahan impuritas ini yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Refuse Derive Fuel (RDF) sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Pembangunan boiler untuk pemanfaatan RDF sedang dilakukan di salah satu anak perusahaan APP, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia. Boiler pemanfaatan RDF akan memiliki kapasitas 200 ton per hari yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Boiler yang dibangun akan bebas dari dioxin furan sehingga ramah lingkungan. “Kami menargetkan boiler ini beroperasi tahun depan,” kata Suhendra.

Sebanyak 50% bahan baku RDF akan berasal dari internal perusahaan. Sementara 50% lainnya akan memanfaatkan sampah solid yang dikelola oleh pemerintah daerah dan sampah dari industri lain. Langkah ini sekaligus mendukung target pemerintah untuk mencapai Zero Waste Sampah pada tahun 2050.

****

- Advertisement -spot_img

More Articles