Yayasan Korindo dan Forest For Life Indonesia (FFLI) membangun fasilitas biokonversi di rest area Cibubur, Tol Jagorawi KM 10. Fasilitas ini mengolah sampah organik memanfaatkan serangga Black Soldier Fly (BSF/lalat tentara hitam)
Fasilitas tersebut diresmikan oleh Sekjen Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah yang mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono , Rabu, 1 Februari 2023.
Zainal Fatah pun mengapresiasi pembangunan biokonversi yang menjadikan Rest Area Cibubur sebagai yang pertama menerapkan fasilitas tersebut.
“Kami berharap akan semakin banyak fasilitas-fasilitas seperti ini dibangun baik di rest area maupun lokasi lain,” ujar Zainal Fatah kepada wartawan.
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab para pengelola rest area, menurut dia sudah sepantasnya rest area atau Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) memiliki fasilitas pengolahan sampah seperti ini.
“Jangan lagi memindahkan masalah sampah organik ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) jika dapat diselesaikan di tempat masing-masing sumber sampah,” katanya.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Diana Kusumastuti yang juga hadir acara tersebut menambahkan, metode biokonversi serupa juga telah diterapkan pada Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) yang dibangun Kementerian PUPR.
“Ada 12 tempat, di antaranya di Borobudur dan di Parung Bogor,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua FFLI Hadi S Pasaribu menjelaskan, fasilitas biokonversi di Rest Area Cibubur bisa mengolah sampah organik hingga 500 kilogram per hari.
“Biokonversi diharapkan bisa menyelesaikan persoalan sampah organik karena sekitar 50-70 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik,” kata Hadi.
Fasilitas biokonversi di Rest Area Cibubur merupakan yang kedua yang dibangun FFLI bersama Yayasan Korindo.
Sebelumnya, kata Hadi, FFLI juga sudah membangun fasilitas biokonversi dengan kapasitas hingga 2 ton per hari di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Ketua Aliansi BSF Agus Pakpahan menjelaskan, dengan teknologi biokonversi, sampah organik akan diurai oleh larva BSF.
Larva tersebut selanjutnya bisa dimanfaatkankan untuk pakan ternak seperti ayam atau ikan karena kaya akan asam amino dan protein.
Selain itu proses penguraian sampah organik oleh larva BSF juga akan menghasilkan pupuk cair dan kompos. Pupuk tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dengan hasil panen berkualitas tinggi.
“Proses inilah yang pada akhirnya membentuk ekonomi sirkuler, di mana prospek ekonomi baru terjadi,” kata Agus Pakpahan.
Sekretaris Jenderal Yayasan Korindo Seo Jeongsik mengatakan, selain bermanfaat bagi lingkungan, fasilitas ini diharapkan bisa menciptakan peluang ekonomi baru.
“Hal ini dikarenakan, Yayasan Korindo akan mengembalikan keuntungan yang muncul dari proyek ini untuk program-program pengembangan masyarakat dan lingkungan,” katanya. ***