Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan Dashboard Satu Data PHL untuk mendorong tata kelola pengelolaan hutan lestari sekaligus menjembatani tercapainya komitmen penurunan emisi dari sektor kehutanan untuk mencapai FOLU Net Sink 2030.
Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK Agus Justianto mengatakan di tengah perkembangan industri 4.0, penggunaan teknologi informasi adalah keniscayaan dalam pengelolaan hutan lestari.
“Adanya Dashboard Satu Data PHL akan menyediakan berbagai data dan informasi tentang pengelolaan hutan lestari di Indonesia secara transparan, akuntabel dan mudah diakses publik,” kata dia saat peluncuran Dashboard Satu Data PHL di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP27 UNFCCC, di Sharm El Sheikh, Mesir, Kamis, 17 November 2022.
Agus menjelaskan pengelolaan hutan lestari adalah tulang punggung tercapainya agenda Indonesia FOLU Net Sink 2030.
Berdasarkan agenda ini, Indonesia menargetkan penyerapan gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (Forestry and Other Land Use/FOLU) sudah lebih tinggi atau setidaknya seimbang dibandingkan emisinya.
Adapun tingkat emisi yang ingin dicapai adalah minus 140 juta ton setara karbondioksida (CO2e).
Tercapainya FOLU Net Sink 2030 akan mendukung pemenuhan target pengurangan emisi GRK Indonesia dari berbagai sektor yang sudah dituangkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) untuk pencegahan perubahan iklim.
Direktur Bina Usaha Pemanfaatan Hutan KLHK Istanto menjelaskan kegiatan pengelolaan hutan yang berdampak pada pencapaian FOLU Net Sink salah satunya adalah Silvikultur Intensif (SILIN).
SILIN diimplementasikan dengan melakukan modifikasi areal penanaman, pemuliaan dan penggunaan bibit unggul, serta pengendalian hama penyakit.
Hasilnya produktivitas kayu hutan alam bisa dinaikkan 3-4 kali lipat, mencapai 90-120 meter kubik per daur panen.
Sampai saat ini telah ada 119 unit Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang telah menerapkan teknik Silin. “Areal penanaman telah mencapai 164.730 hektar,” kata Istanto.
Ada juga Reduced Impact Logging (RIL) atau pemanenan ramah lingkungan. Implementasi RIL bisa meningkatkan efisiensi dalam pemanenan kayu hutan hingga menaikkan produktivitas hingga 10%.
Selain itu, berdasarkan penelitian, RIL mampu mengurangi pelepasan emisi karbon hingga 50% dibandingkan praktik pemanenan biasa.
Istanto menjelaskan, seluruh proses bisnis dalam pemanfaatan hutan sudah memanfaatkan teknologi informasi mulai dari perencanaan di hulu, pemanfaatan di hilir, hingga ke pasar ekspor.
Data tersebut tersedia melalui berbagai sistem informasi yang telah ada sebelumnya.
“Kini seluruh data tersebut bisa diakses lebih mudah dengan menggunakan Dashboard Satu Data PHL,” kata Istanto.
Kepala Bagian Program, Evaluasi, Hukum, dan Kerja Sama Teknik KLHK Adhi Suprihadhi menjelaskan Dashboard Satu Data PHL bisa diakses melalui phl.menlhk.go.id.
Menurut Adhi, Dashboard Satu Data PHL menyajikan berbagai data real time diantaranya tetang Data Perizinan Berusaha, Data Produksi Kayu, Data Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu, Data Produksi Kayu Olahan, Data Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga Data Ekspor produk Kayu.
“Menggunakan Dashboard Satu Data PHL, kita bisa melacak asal usul produk kayu hingga ke sumbernya,” kata dia.
Senior Forestry Officer FAO Anssi Pekkarinen menegaskan pentingnya penyediaan data dan informasi yang valid kepada publik untuk mendukung tata kelola kehutanan.
Anssi menyatakan FAO juga sudah membuat Forest Resources Assessment (FRA) untuk memotret kondisi hutan global. FRA 2021 menghasilkan sejumlah data menarik diantaranya melambatnya laju pengurangan hutan dan meningkatkan serapan karbon dan biomassa hutan. ***