Beragam hasil invensi karya anak bangsa siap di hiliriasi menjadi produk inovasi dengan nilai tambah ekonomi tinggi dengan memanfaatkan dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Demikian terungkap saat pertemuan yang digelar Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) di Jakarta, Rabu, 24 Mei 2023. CTIS berhasil menginventarisasi karya-karya iptek para ahli Indonesia untuk mendukung industri.
Diantaranya hasil karya Prof. Mulyowidodo Kartidjo yang memisahkan mineral Nikel yang mengandung besi, Pentlandite (Ni, Fe), menjadi Alkali Nikel, serta mineral nikel yang mengandung Magnesium (Ni, Mg), Garnierite, menjadi Alkali Cobalt, keduanya adalah bahan baku utama baterai mobil listrik.
Lalu ada Dr. Dwi Susanto, Profesor Riset University of Maryland-USA, salah satu penemu Arus Lintas Indonesia (Arlindo), mengusulkan sumber daya energi laut yang menggabungkan energi arus laut Arlindo dan energi arus pasang surut.
Dr. Arya Rezavidi memperlihatkan beragam energi laut yang pernah dikaji Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sekitar 30 tahun lalu, yang perlu dibuka kembali dokumen-dokumen hasil kajian tadi, meliputi kajian energi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) di Pantai Bali Utara, energi ombak di Baron, Yogyakarta dan Energi Arus Laut di Selat Alas Lombok.
Dr. Rudy Purba memperlihatkan hasil kajian energi pasang surut dari Australian Renewable Energy Agency (ARENA) yang bisa diterapkan di Indonesia.
Ir. Heru Gunawan memperlihatkan Teknologi Drone yang bisa mempercepat penanaman dan rehabilitasi 600.000 hektare hutan mangrove di Indonesia. Hasil uji coba penanaman di Pantai Subang pada 1,5 tahun lalu, sekarang sudah menghasilkan pohon mangrove setinggi 3 meter. Karyanya menarik minat pihak United Arab Emirates (UAE) untuk bekerjasama guna menembus pasar global.
Sedang Dr. Agustan, pakar Remote Sensing dan Tim, tengah menguji coba teknologi remote sensing dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk penyusunan Standard Nasional Indonesia (SNI) guna pengukuhan kawasan hutan sesuai UU No.6/Th.2023 Tentang Cipta Kerja.
Beragam hasil iptek tadi bisa dihilirisasi secara cepat lewat fasilitasi dukungan dana program Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
“Dari total dana abadi LPDP sebesar Rp134 triliun, tersedia Dana Abadi Penelitian sebesar Rp12,9 triliun yang dapat dipakai untuk hilirisasi beragam produk inovasi,” kata Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Wisnu Soenarso.
Wisnu menyampaikan bahwa melalui program Rispro Invitasi LPDP maka para inventor bisa mengajukan proposal dana riset kepada LPDP sehingga produk hasil invesi bisa menjadi produk inovasi yang memiliki nilai ekonomi.
Oleh sebab itu, proposal riset yang diusulkan ke LPDP harus sudah ada komponen dukungan industrinya.
Proposal Riset dapat diusulkan kapan saja tanpa tenggat waktu namun ternyata sedikit sekali usulan proposal yang diterima LPDP untuk dievaluasi, sambung Wisnu.
Program Penelitian LPDP sudah menghasilkan 1009 produk teknologi yang siap masuk ke sektor industri, 340 penghargaan, 29 lisensi, 53 entitas bisnis baru, 2084 publikasi ilmiah dan 3983 sarjana baru.
Beberapa contoh produk teknologi yang didukung LPDP, antara lain sepeda motor listrik Gesit, mobil listrik Komodo, Bus Energi Listrik yang dipakai saat KTT G-20 Bali tahun 2022, Alat Deteksi Dini Penyakit Kanker dan masih banyak lagi.
Dalam diskusi, pakar senior CTIS, yang juga mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Profesor Wardiman Djojonegoro menyampaikan perlu dicari upaya terobosan agar para peneliti dan inventor Indonesia bergairah untuk segera menyerahkan proposal penelitiannya ke LPDP guna mendapatkan dana penelitian dan menunjang industrialisasi di tanah air.
Pakar teknologi gambut, yang juga mantan Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN), Dr. Bambang Setiadi, mengharapkan kiranya produk produk inovasi yang telah memiliki nilai ekonomi tadi segera masuk ke sektor industri dan perlu dilindungi melalui kebijakan pemerintah, agar produk produk industri ini bisa tumbuh besar, berkualitas tinggi dan siap bersaing dengan produk global lainnya.
Sedang ahli geosains, yang juga mantan Deputi Menteri Ristek, Dr. Idwan Soehardi, menggaris bawahi tentang ketersediaan dana riset LPDP yang multi-tahun dengan insentif bagi peneliti yang baik, tersedia alokasi dana untuk pengadaan peralatan riset, serta alokasi dana riset untuk pengujian, standarisasi hingga publikasi hasil riset.
Ia mengharapkan semua pengadministrasian dana riset LPDP dapat dibuat sesederhana mungkin, sehingga para peneliti dan inventor penerima dana riset LPDP dapat bekerja dengan serius, tanpa terlalu terbebani dengan urusan administrasi dan birokrasi yang rumit. ***