Kamis, 5 Desember 2024

Energi Baru dan Terbarukan Potensial Sokong Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Prabowo

Latest

- Advertisement -spot_img

Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan (EBT) yang sangat besar untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% seperti yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

“Potensi EBT di Indonesia sangat besar mencapai 3.687 GW,” ungkap Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Eniya Listiani menyampaikan pidato kunci pada diskusi  panel bertajuk “Driving Economic Growth Through Sustainable Initiative: Collaborative Strategies for Advancing Green Business in the Energy Sector” di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, Selasa, 12 November 2024.

Menurut Eniya, potensi EBT yang sangat besar dapat mendukung visi Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Dia juga mengingatkan, bahwa Presiden Prabowo memiliki visi untuk mencapai ketahanan energi.

Menurut Eniya, saat ini bauran EBT dalam produksi listrik nasional telah mencapai 14%. Kontribusi EBT akan terus ditingkatkan dengan memanfaatkan panas bumi, tenaga matahari, tenaga air, hingga bioenergi

“Untuk Bioenergi, pada Januari 20225 mendatang Indonesia akan menerapkan mandatory B40 pada biodiesel. Selain itu juga dikembangkan bioetanol dan bioavtur,” katanya.

Salah satu kebijakan untuk pengembangan EBT adalah memanfaatkan permukaan waduk untuk pembangunan PLTS terapung. Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi PLTS Terapung mencapai 14,7 GW dari 257 waduk yang tersebar di berbagai wilayah seperti Jawa-Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. 

Eniya menambahkan potensi besar yang juga dimiliki Indonesia adalah energi arus laut. Terutama di wilayah Indonesia timur. “Potensi arus laut untuk pembangkit listrik memang masih penuh tantangan,” kata Eniya.

Lebih lanjut Eniya mengatakan, pemanfaatan EBT membuka peluang bagi investor untuk memanfaatkannya. Menurut dia, kebutuhan investasi dalam pemanfaatan EBT untuk mencapai target Net Zero emisi karbon setidaknya 55 miliar dolar AS.

Sementara itu Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PLN Evy Haryadi menjelaskan PLN telah memiliki skenario Accelerating Renewable Energy Development (ARED) guna mempercepat transisi energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Skenario juga dimaksudkan untuk mereduksi emisi karbon secara signifikan dari sektor ketenagalistrikan

“Dengan skenario penambahan pembangkit akan berasal dari EBT sebesar 75% dan gas 25% hingga tahun 2040. Skenario ini akan memastikan pengurangan emisi sesuai target dengan tetap menjaga keandalan sistem,” kata Evy.

PLN akan membangun green transmission line atau jaringan transmisi antarpulau yang bisa menyalurkan potensi EBT di lokasi terpencil ke pusat beban.

Selain itu, PLN juga akan menerapkan teknologi smart grid sebagai solusi menangani intermitensi pada pembangkit EBT.  Dengan upaya tersebut maka penambahan pembangkit EBT sampai tahun 2040 meningkat menjadi sekitar 3 kali lipat dari yang semula 22 gigawatt (GW) menjadi 61 GW.

“PLN perlu membangun jaringan dan sistem yang panjangnya mencapai 70.000 kilometer. Ini menjadi tantangan tersendiri di Indonesia yang merupakan negara kepulauan,” katanya. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles