Badan Standaridasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) bersama ITTO dan mitra-mitra terus memperkuat pengelolaan berbasis lanskap di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil (GSK), Riau.
Hal itu terungkap dalam pertemuan Steering Committee Project ITTO bertajuk “Enhancing The Implementation of Landscape Management of Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosphere Reserve” di Bogor, 2 Mei 2023.
Kepala BSILHK Ary Sudijanto menjelaskan Cagar Biosfer GSK yang memiliki luas 705.000 hektare itu merupakan rumah bagi flora dan fauna penting selain menjadi penyangga kehidupan manusia.
“Ada setidaknya 492 jenis fauna dan 198 jenis flora di Cagar Biosfer GSK dengan sebagian di antaranya termasuk dalam kategori Endangered Apendix I berdasarkan CITES,” kata Ary saat membuka pertemuan.
Di antara satwa tersebut adalah harimau sumatera, gajah sumatera, beruang madu, trenggiling, burung rangkong, dan tapir sumatera. Sementara untuk tanaman, di Cagar Biosfer GSK banyak ditemukan jenis-jenis Dipterokarpa dan juga ramin.
Kawasan itu juga menyimpan cadangan karbon yang sangat besar, mencapai 44,3 juta ton setara CO2 untuk karbon di atas permukaan dan mencapai 1,71 miliar juta ton setara CO2 untuk karbon yang tersimpan di bawah permukaan gambut.
Ary mengingatkan, cadangan karbon di Cagar Biosfer GSK berperan penting dalam menjaga kestabilan iklim global dan menjadi penentu untuk pencapaian target Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.
“Intervensi perlu dilakukan untuk mempertahankan kawasan Cagar Biosfer GSK,” tegas Ary.
Kawasan GSK sudah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Biosfer oleh UNESCO pada 26 Mei 2009. Ancaman yang dihadapi oleh Cagar Biosfer GSK di antaranya adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan perubahan habitat untuk kepentingan ekonomi lainnya.
Proyek yang bertajuk “Enhancing The Implementation of Landscape Management of Giam Siak Kecil-Bukit Batu Biosphere Reserve” diharapkan bisa mendukung pengelolaan Cagar Biosfer GSK. BSILHK mendapat dukungan dari APP Sinar Mas sebagai Colaborating Agency. Proyek dari International Tropical Timber Organization (ITTO) itu juga mendapat dukungan pendanaan dari Republik Korea melalui Korea Forest Service (KFS).
Ary menyatakan, proyek tersebut diharapkan bisa mengembangkan standar pengelolaan cagar biosfer. “Jika standar pengelolaan yang diterapkan sukses, bisa direplikasi ke tempat lain,” ujar Ary.
Ary mengundang semua pemangku kepentingan untuk terlibat aktif dalam proyek yang akan dilaksanakan. Termasuk APP Sinar Mas, Balai Besar KSDA Riau, hingga Dinas LHK Prov.Riau. Menurut dia, kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan akan mendukung tercapainya target pengelolaan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSK.
Dr. Hwan OK Ma, Project Manager dari proyek tersebut menyatakan pihaknya sangat berharap proyek yang dilaksanakan akan mencapai keberhasilan dengan dukungan dari berbagai pihak.
Sementara perwakilan dari Korea Forest Service, Song Wonyeong mengingatkan pentingnya solusi berbasis alam untuk menghadapi tantangan yang dihadapi masyarakat seperti perubahan iklim. Itu sebabnya, pengelolaan berkelanjutan di Cagar Biosfer GSK sangat penting.
Song Wonyeong juga mengatakan pihaknya antusias dengan proyek yang dilaksanakan akan akan melibatkan pihak swasta (APP Sinar Mas) untuk pengelolaan gambut berkelanjutan. Dia menuturkan, pihaknya juga melaksanakan proyek pengelolaan gambut berkelanjutan di Hutan Lindung Londerang Jambi.
Elim Sritaba, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas menyatakan bahwa APP Sinar Mas berkomitmen mendukung pengelolaan dan perlindungan kawasan cagar biosphere GSK BB dalam upaya konservasi, pelestarian keanekaragaman hayati dan penguatan fungsi kawasan.
Implementasi dari komitmen tersebut adalah ikut menjaga dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan disekitar area cagar biosfer bersama sama dengan para pemangku kepentingan lainnya yg ikut terlibat bersama sama. ***