Selasa, 3 Desember 2024

Berbasis ESG, Industri Pulp dan Kertas Indonesia Bisa Terus Bersaing di Pasar Global

Latest

- Advertisement -spot_img

Industri pulp dan kerta di Indonesia siap untuk terus bersaing di pasar global dengan dengan pemenuhan berbagai instrumen terkait lingkungan, sosial, dana tata kelola yang baik (Environment, Social, and Governance/ESG).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah mendukung berkembangnya industri pulp dan kertas seiring tumbuhnya permintaan produk pulp dan kertas secara nasional maupun internasional.

Namun Agus mengingatkan agar industri pulp dan kertas memperhatikan aspek lingkungan dalam operasionalnya.

“Harus bersinergi dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menerapkan prinsip industri hijau,” katanya saat seminar jelang Kongres Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), di Jakarta, Rabu 23 Maret 2022.

Saat ini ada 101 perusahaan yang menjadi anggota APKI. Kapasitas terpasang industri pulp tercatat sebanyak 18,26 juta ton dan utilisasi 13,6 juta ton sedangkan kapasitas terpasang industri kertas sebanyak 12,14 juta ton dan realisasi 10,54 juta ton.

Pada tahun 2021 lalu, industri pulp dan kertas berkontribusi sebesar 0,7% terhadap PDB Nasional dan 3,84% terhadap ekspor non migas Indonesia.

Ekspor produk pulp dan kertas Indonesia pada tahun 2021 lalu mencapai 7,5 miliar dolar AS yang terdiri atas pulp 3,28 miliar dolar AS dan 4,22 miliar dolas AS produk kertas.

Industri kertas menyerap tenaga kerja langsung sekitar 260.000 orang dan 1,1 juta orang tenaga kerja tidak langsung.

Menurut Agus salah salah bentuk upaya menjaga kelestarian lingkunagn yang dilakukan oleh industri pulp dan kertas adalah pemanfaatan bahan daur ulang dalam proses produksinya.

Industri pulp dan kertas juga didukung oleh hutan yang dikelola sebagai sumber bahan baku dan menjadi salah satu keunggulan komparatif di pasar global.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan saat ini dunia menuntut industri pulp dan kertas untuk menyiapkan produk yang diproduksi dengan penerapan instrumen ESG.

“Selain penyerapan tenaga kerja dan devisa penting juga untuk menyiapkan produk yang memperhatikan ESG,” katanya.

Susiwijono menyatakan selain mendorong circular economy dengan pemanfaatan bahan daur ulang, industri kertas juga diharapkan untuk mendorong pengelolaan industri berkelanjutan dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk pengendalian perubahan iklim.

Ketua Umum APKI Aryan Wargadalam menyatakan adanya pergeseran geopolitik dan lingkungan ikut mengubah kebijakan industri dan perdagangan pulp dan kertas global.

Hal itu memicu berbagai tantangan misalnya adanya hambatan non tarif di sejumlah negara, atau naiknya biaya logistik karena kenaikan harga global.

Namun Aryan yakin dengan dukungan pemerintah industri pulp dan kertas nasional bisa terus bersaing. “Industri pulp dan kertas punya ruang pertumbuhan dan investasi yang tinggi,” katanya.

Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangoen menyatakan salah satu pasar yang masih bisa dibidik oleh industri pulp dan kertas nasional adalah China.

Tren ekspor ke China juga menunjukkan peningkatan setelah sempat turun di tahun 2017. Tahun 2021 lalu ekspor produk pulp dan kertas Indonesia ke China senilai 3,4 miliar AS dari meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 1,3 miliar dolarAS.

“Meningkatkan permintaan produk kertas didorong oleh kebutuhan packaging dan tas belanja berbahan kertas,” katanya. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles