Selasa, 19 November 2024

FAO: Konsumsi Kayu Diperkirakan Capai 3,1 Miliar M3 pada Tahun 2030, Produk Kayu Modern Bisa Picu Pertumbuhan

Latest

- Advertisement -spot_img

Konsumsi produk kayu olahan primer (kayu gergajian, veneer/kayu lapis, papan partikel/fibreboard dan pulp kayu) diperkirakan tumbuh 37 persen mencapai 3,1 miliar m3 setara kayu bulat pada tahun 2050.

Peningkatan konsumsi akan setidaknya 8 persen lebih tinggi dalam skenario bioekonomi ketika dua produk kayu modern (enginereed wood dan serat selulosa) dipertimbangkan menggantikan bahan yang tidak terbarukan.

Bahkan dalam skenario transisi yang lebih cepat menuju bioekonomi, peningkatan konsumsi produk kayu primer dapat mencapai 23 persen lebih tinggi daripada skenario business-as-usual.

Demikian terungkap dalam laporan bertauk The global forest sector outlook 2050: Assessing future demand and sources of timber for a sustainable economy yang dirilis Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), 4 Oktober 2022.

Laporan tersebut diproduksi bersama oleh FAO, International Tropical Timber Organization (ITTO) dan konsultan Unique land use GmbH. Laporan tersebut diluncurkan pada 26th Session of the Committee on Forestry FAO  dan selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 12 dan 15.

Laporan ini menggabungkan hasil dari prospek jangka panjang untuk sektor kehutanan hingga tahun 2050 dengan penilaian permintaan kayu dalam lingkungan ekonomi yang berkelanjutan.

“Sektor kehutanan sangat penting untuk ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan. Memastikan keberlanjutan sektor kehutanan akan membutuhkan inovasi dan investasi, tetapi juga koherensi kebijakan,” kata Ewald Rametsteiner, Wakil Direktur Divisi Kehutanan FAO dikutip dari situs FAO.

Terbarukan dan Ramah Iklim

Laporan itu menjelaskan bahwa kayu dapat diperbarui, dapat didaur ulang, ramah iklim, dan serbaguna, serta semakin sering digunakan untuk menggantikan bahan yang tidak dapat diperbarui.

Kayu adalah material penting untuk mengatasi ancaman global terhadap iklim, keanekaragaman hayati dan lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan berlebihan bahan tak terbarukan.

Produk kayu hasil rekayasaya industri seperti mass timber dan enginereed wood, serat selulosa untuk tekstil, dan produk kayu modern lainnya termasuk untuk energi, adalah produk kayu yang paling menonjol untuk substitusi skala besar bahan tak terbarukan.

Pertumbuhan

Laporan tersebut memaparkan, pertumbuhan konsumsi produk kayu (dibandingkan dengan proyeksi kenaikan populasi sebesar 25 persen) akan didorong oleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi di wilayah negara berkembang yang akan berdampak pada naiknya permintaan barang-barang konsumsi (misalnya kertas, kemasan, pakaian dan furnitur) dan di lebih banyak kegiatan sektor konstruksi

Pemenuhan permintaan kayu berkelanjutan di masa depan dapat dicapai dengan kombinasi peningkatan produksi berkelanjutan di hutan beriklim temperate dan boreal yang diregenerasi secara alami dan di hutan tanaman yang semakin meningkat di Selatan global. Tetapi perkiraan kontribusi nyata dari jenis dan wilayah hutan terhadap pasokan kayu global pada tahun 2050 sangat tidak pasti, demikian diungkap laporan itu.

Laporan itu menegaskan, permintaan produk kayu perlu dipenuhi dengan meningkatkan produktivitas melalui pengelolaan hutan lestari dan mendorong produksi kayu sebagai bagian dari program dan proyek restorasi lahan.

Jika produksi hutan yang diregenerasi secara alami tetap stabil, penanaman setidaknya 33 juta hektare hutan baru akan dibutuhkan, kata laporan itu.

Investasi

Laporan itu juga menjelaskan bahwa investasi yang diperlukan untuk memelihara dan memperluas produksi kayu bulat industri sekitar 40 miliar dolar AS per tahun pada tahun 2050. Investasi 25 miliar dolar AS per tahun lainnya dalam modernisasi dan dalam membangun industri mungkin diperlukan.

Total lapangan kerja di sektor kehutanan pada tahun 2019 diperkirakan mencapai 33,3 juta pekerja formal dan informal.

Laporan memperkirakan, lapangan kerja pada tahun 2050 akan berada di kisaran angka tahun 2019 bahkan menurun. Hal ini dikarenakan di masa depan penggunaan perangkat yang canggih akan banyak digunakan. Hal ini juga menuntut personel terlatih yang akan membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang solid.

Setidaknya 1 juta lapangan kerja baru bisa tercipta, dengan sebagian besar di negara berkembang, dengan tumbuhnya pasar kayu sebagai pengganti material tidak terbarukan.

Kayu untuk energi

Laporan tersebut menjelaskan konsumsi kayu energi kayu di masa depan hingga tahun 2050 akan dibentuk oleh dua tren utama: penggunaan tradisional kayu bakar di dua wilayah dunia yang tumbuh paling cepat di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan dan proyeksi peran biomassa modern untuk menghasilkan energi terbarukan.

Konsumsi global kayu bakar pada tahun 2050 mungkin antara 2,1 miliar-2,7 miliar m3 dalam jangka menengah dibandingkan dengan 1,9 miliar m3 pada tahun 2020. INi berarti konsumsi kayu bakar meningkat antara 11-42 persen.

Kayu juga akan semakin menjadi bagian dari bauran energi terbarukan di dunia industri. Di beberapa daerah dan konteks, upaya restorasi kayu bakar mungkin diperlukan untuk memenuhi permintaan ini.

Pada tahun 2020, masih ada 2,3 miliar orang yang mengandalkan bahan bakar kayu sebagai sumber energi utama mereka untuk memasak dan pemanas ruangan. Bahan bakar kayu akan tetap menjadi sumber energi utama bagi banyak rumah tangga di negara berkembang hingga tahun 2050, tetapi banyak skenario menunjukkan tingkat pertumbuhan konsumsi akan melambat.

“Memastikan akses bahan bakar kayu berkelanjutan kepada konsumen swasta yang mengandalkan sumber ini karena alasan ekonomi adalah tanggung jawab publik yang sebanding dengan penyediaan listrik atau air,” kata Thais Linhares-Juvenal, Ketua Tim Kehutanan Berkelanjutan, Rantai Nilai, Inovasi dan Investasi di Divisi Kehutanan FAO. ***

- Advertisement -spot_img

More Articles