Hutan yang dikelola secara lestari bisa menjadi sumber penyediaan energi listrik berkelanjutan di lokasi-lokasi terpencil.
Tersedianya energi listrik berkelanjutan menjadi modal pemberdayaan masyarakat setempat untuk mengembangkan berbagai usaha ekonomi produktif.
Demikian ditegaskan oleh Tri Mumpuni, ilmuwan inspiratif yang menggerakan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di pelosok-pelosok tanah air.
“Prinsip dasarnya kalau PLTMH ingin lancar, maka hutan di upstream harus dijaga,” kata wanita yang akrab disapa Puni itu dalam tayangan Forest Insights Podcast yang tayang di Youtube, Selasa 31 Januari 2023.
Ide Puni untuk mengembangkan PLTMH sudah mulai muncul jelang akhir dekade tahun 1970-an. Bersama sang suami, Iskandar Budisaroso Kuntoadji, Puni saat itu berkunjung ke desa-desa untuk menyalurkan ‘darah mudanya’ soal pembangunan pedesaan. Mereka menemukan banyak desa yang sesungguhnya memiliki banyak potensi untuk berdaya namun menghadapi kendala yaitu ketiadaan pasokan listrik.
Seperti di salah satu desa yang berlokasi di bentang alam Gunung Leuser, Aceh. Di sana masyarakat membudidayakan nilam untuk dibuat minyak nilam. Namun dalam proses penyulingan, masyarakat masih memanfaatkan drum bekas dan api dari pembakaran kayu. Hasilnya adalah minyak nilam dengan kualitas jelek karena tingkat kejernihan (clarity) yang rendah. Sudah begitu, banyak pohon yang harus ditebang untuk kebutuhan kayu bakar.
“Begitu kami perkenalkan PLTMH, kami perkenalkan mesin destilasi sederhana. Produksi yang tadinya hanya 0,5 liter berhasil naik menjadi 3,5 liter. Claritynya pun bagus, apalagi jika menggunakan mesin destilasi yang food grade sehingga harganya bisa lebih tinggi,” kata Puni.
Hal itu membuktikan bahwa ketersediaan listrik adalah tulang punggung untuk pembangunan ekonomi. “Listrik adalah the backbone of economic development. Omong kosong ingin membangun ekonomi desa yang potensinya banyak itu, tapi ga ada sumber energi,” katanya.
Inisiatif Puni dan suaminya melistriki desa-desa dengan PLTMH mulai gencar di dekade tahun 1990-an. Mereka kemudian membentuk dan mendapat dukungan dari tim Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).
Untuk membangun sebuah PLTMH di sebuah desa, Puni dan tim IBEKA mengawalinya dengan membangkitkan pemahaman tentang pentingnya listrik dan menjaga ekosistem yang menjadi sumber aliran air. Masyarakat di desa tersebut juga difasilitasi untuk melembaga karena merekalah yang kelak akan mengelola unit PLTMH yang terbangun.
Untuk pendanaan, Puni akan memfasilitasi dengan mencari pendanaan (fund raising) ke berbagai lembaga dalam dan luar negeri. Meski demikian, tak jarang masyarakat desa juga melakukannya secara swadaya.
Puni percaya selalu ada pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dalam usahanya membangun PLTMH. Dia menceritakan pernah suatu kali dia kekurangan dana untuk membangun PLTMH di sebuah desa di Cianjur, Jawa Barat.
Tanpa diduga, ada seorang Ibu yang menyerahkan setengah kilogram emas kepada Puni. Sang Ibu yakin jika emas itu akan lebih bermanfaat jika ada di tangan Puni. “Setelah emasnya kami jual, kok jumlahnya sama persis dengan kekurangan dana yang kami butuhkan,” katanya.
“Pertolongan Allah pasti hadir, jangan takut. Dalam Alquran Surat At Thalaq 2-3 yang menyatakan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan dibukakan pintu rezeki yang tidak terduga-duga,” kata Puni.
Penghargaan
Hingga saat ini Puni dan tim IBEKA sudah memfasilitasi pembangunan setidaknya 82 unit PLTMH di berbagai pelosok Nusantara. Inisiatifnya membuat Puni kini dikenal sebagai ‘Wanita Listrik’.
Atas kerja kerasnya menerangi desa dari gelap gulita, ia mendapatkan berbagai penghargaan internasional seperti Climate Hero 2005 dari World Wildlife for Nature, Ashden Awards 2012, Magsaysay Awards 2012, dan namanya juga masuk dalam daftar The World’s 500 Most Influential Muslim 2021 untuk kategori Sains dan Teknologi menjadikannya sebagai salah satu ilmuwan muslim paling berpengaruh di dunia
Puni mengatakan tidak akan pernah berhenti membangun PLTMH. Apalagi kenyataannya masih banyak desa-desa di Nusantara yang belum teraliri listrik.
Puni menuturkan, mendapat banyak masukan dari anak-anak muda peserta program Patriot Energi yang dijalankan oleh IBEKA, sebuah program pemberdayaan desa berbasis energi listrik di pedesaan pada lokasi Terpencil, Terluar, Tertinggal dan lokasi Transmigrasi (4T). Di sana bukan hanya persoalan listrik yang harus dihadapi tapi juga stunting.
“Teman-teman Patriot Energi bercerita bagaimana saat ikut membantu mengajar di sekolah bertemu anak-anak yang harus menahan lapar sejak semalam. Bahkan ada yang pingsan,” kata Puni lirih.
Puni menegaskan dengan semakin banyak desa yang teraliri listrik maka ekonomi desa bisa meningkat dan persoalan stunting bisa diatasi.
Puni berharap amanah yang diemban saat ini sebagai salah satu anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bisa meningkatkan kontribusinya dalam pemberdayaan masyarakat di tingkat desa.
“Peran saya tentu bukan teknis, tapi sebagai Dewan Pengarah saya punya kesempatan untuk make sure riset bermanfaat untuk masyarakat yang paling bawah. Jangan hanya berpikir kesejahteraan global, investasi besar. Tapi harus berfikir kesejahteraan di tingkat lokal,” katanya.
Puni juga mengajak semua pihak di Indonesia untuk memiliki lima perilaku empati untuk kesejahteraan bangsa secara menyeluruh. Lima perilaku empati itu Pertama, simpati yang berarti memiliki rasa kasih terhadap orang lain. Kedua, prososial yang berarti peduli kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Ketiga, resiprokal atau timbal balik. “Maksudnya kalau tidak mau uang kamu dikorupsi, ya jangan korupsi. Jangan manipulasi rakyat,” katanya.
Perilaku empati yang Keempat adalah pemberdayaan kaum lemah. “Jadi tidak hanya sekadar simpati tapi langsung beraksi kalau ketemu orang lemah. Bantu semampunya. Untuk pemberdayaan cari pendanaan, kumpulkan orang, semampu kita,” katanya.
Dan perilaku empati yang Kelima adalah demokratisasi di semua level kehidupan. Ini berarti memastikan semua sumber daya alam yang ada di Indonesia adalah untuk seluruh masyarakat. Bukan hanya untuk segelintir atau grup-grup tertentu. ***